Mengenal Dendam dan Munafik

Mengenal Dendam dan Munafik

Dendam dan Munafik
Dendam.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, dendam artinya berkeinginan keras / untuk membalas(kejahatan) sedangkan pendendam adalah orang yang berkeinginan keras untuk membalas/ mendendam. Biasanya sifat dendam ini timbul karena marah, dihina, atau dicela yang berlebihan untuk akhirnya diremehkan martabatnya oleh orang lain. 

Ia ingin membalas agar orang yang dianggap telah mengecewakannya harus merasakan kekecewaan juga seperti yang ia alami, bahkan ia menghendaki orang lain itu lebih menderita lagi.Padahal sifat dendam itu sangat dilarang oleh agama. Seorang pendendam akan dikucilkan oleh masyarakat. Untuk itu, seorang muslim harus menjauhi sifat dendam tersebut. Perhatikan sabda Rasulullah saw:

Artinya; "Janganlah kamu saling bermarah-marahan, jangan saling dengki, dan jangan saling tak acuh satu sama lain. Tetapi jadilah kamu semua bersaudara. Islam melarang umatnya saling bermusuhan lebih dari tiga hari." (HR Bukhari Muslim)



Dendam adalah salah satu sifat tercela yangsangat dibenci oleh Allah.


Sabda Rasulullah SAW

Artinya : "Orang yang paling dibenci Allah adalah orang yng paling pendendam" (HR. Bukhari dan Muslim)



Sifat dendam sangat berbahaya bagi orang lain dan bagi diri sendiri. Seorang pendendam biasanya juga memiliki sifa-t­sifat tercela lainnya, antara lain :

a. la tidak senang melihat orang lain berbahagia. Sebaliknya ia merasa senang jika orang lain menderita, terutama orang yang dibencinya.

b. Seorang pendendam cenderung membalas kesalahan orang lain dengan berlebihan.

c. Senang membicarakan kejelekan orang lain. Bahkan jika seseorang dianggap lawannya, la suka memutarbalikkan fakta. Kebaikan orang lain ditutupi, yang diceritakan adalah kejelekan. Ia tidak segan-segan memfitnah orang lain.

d. Suka membuka rahasia dan aib orang lain.



Sifat dendam ini sangat merusak persatuan dan kesatuan bangsa dan mengancam ketertiban dan keamanan masyarakat. Oleh sebab itu, tidak ada pilihan lain bagi kita, kecuali menghindari sifat tercela ini.

Salah satu upaya menghindari sifat dendam ini adalah dengan cara melatih diri kita untuk tidak cepat marah. Biasakanlah memaafkan kesalahan orang lain dengan ikhlas. Dengan kita mernaafkan orang lain, berarti habislah perasaan marah pada diri kita. Insya Allah perasaan dendam pun akan sirna.



Adapun akibat dari sifat pendendam di antaranya:

1. dikucilkan oleh masyarakat,

2. tidak disenangi oleh teman,

3. rusaknya tali persaudaraan, dan

4. di akhirat diancam atau disiksa.


Adapun cara menjauhinya antara lain:



1. menyadari bahwa sesama muslim adalah saudara, dan

2. meningkatkan iman dan takwa kepada Allah.



Munafik.

Munafik adalah berpura-pura setia pada agama tetapi sebenarnya di hatinya tidak atau suka (selalu) rnengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan perbuatannya, atau bermuka dua. Islam melarang umatnya melakukan perbuatan munafik ini karena perbuatan tersebut sangat membahayakan pada diri sendiri maupun orang lain. Firman Allah swt.


Artinya: "Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu mengkhianati Allah swt. dan Rasul dan janganlah kamu mengkhianati amanah-amanah yang dipercayakan kepadamu sedangkan kamu mengetahui." (QS A1 Anfal: 27)



Dalam Al Qur'an surat A1 Baqarah ayat 8 - 9 Allah SWT. menjelaskan mengenai sekelompok orang yang perbuatannya dilarang oleh syariat Islam, yakni :

Artinya : Di antara manusia ada yang mengatakan : Kami beriman ke­pada Allah dan hari kemudian, padahal mereka itu se­sungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. (QS. Al Baqarah : 8 - 9).



Munafik berakar pada kata dasar nifak yang artinya orang yang menyembunyikan kekufuran yang bersemi dalam jiwa, dan menampakkan keislaman hanya dengan lisan. Orang-orang semacam ini disebut munafik.

Perilaku atau perbuatan seperti ini pada hakikatnya adalah ti­dak sesuainya antara keyakinan, perkataan dan perbuatannya sendiri. Hal ini dapat dipahami melalui firman Allah SWT. tersebut di atas.

Dalam syariat Islam pengertian munafik adalah menyembunyikan kekafiran dalam hatinya dan menampakkan iman dengan lidahnya. Allah SWT. mencontohkan melalui firman-Nya dalam A1 Qur'an surat Al Baqarah ayat 14, yakni :


Artinya : Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang ber­iman, mereka rnengatakan : Kami telah beriman. Dan bila mereka kembali kepada setan-setan mereka, mereka mengata­kan : Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok. (QS. A1 Baqarah : 14).


Ciri-ciri orang munafik antara lain ialah :

1. bersikap ragu terhadap kebenaran Islam.

2. enggan melakukan shalat

3. seandainya melakukan shalat mereka berbuat pamer (berpura­-pura).

4. mudah goyah pendiriannya,


5. berdusta, ingkar janji dan khianat.


Sedangkan sifat utama dari orang yang munafik adalah pendusta. Dalam hal ini Allah SWT. menegaskan kembali dalam A1 Qur'an surat Munafiquun ayat 1 yakni :


Artinya : Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta. (QS. Munafiquun : 1).

Adapun akibat dari sifat munafik di antaranya:

1. dijauhi oleh teman dan masyarakat

2. tidak dipercaya oleh orang lain

3. diakhirat akan mendapat siksa

Pada hakekatnya, munafik itu ialah kufur, karena ia telah ingkar keimanannya kepada Allah SWT. dan rasul-Nya.



Munafik sebagai kufur, terbagi menjadi 2(dua) bagian yaitu :

1. Nifak I'tiqadi, yaitu keyakinan yang mengingkari Allah dan rasul, hal ini sesuai dengan batasan yang terdapat dalam Al Qur'an, dan akan ditempatkan dalam "Ad Darkil Asfali" (tingkat paling bawah dalam neraka), dan mereka akan kekal di dalamnya. Disebutkan dalam sejarah Islam seperti munafiknya Abdullah bin Ubay.

2. Nifaq 'Amali, yaitu mengingkari kebenaran dalam bentuk perbuatan sesuai dengan sabda Rasulullah SAW. :


Artinya : Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga : Apabila berkata selalu dusta, apabila berjanji selalu tidak ditepati, dan apabila dipercaya selalu khianat. (HR. Bukhari dan Muslim).



Bermuka dua adalah sifat dan watak (karakteristik) seseorang dalam bentuk penampilan lahiriyah dan berpura-pura berbuat sesuatu, tetapi bertentangan dengan yang sebenarnya. Bermuka dua semacam ini juga termasuk nifaq amali.

Cara menghindari sifat munafik di antaranya:

1. meningkatkan iman dan takwa kepada Allah swt.

2. menyadari bahwa sifat munafik termasuk perbuatan yang tercela

3. menyadari bahwa munafik dapat merugikan diri sendiri dan orang lain

MACAM-MACAM SURGA DAN NERAKA

MACAM-MACAM SURGA DAN NERAKA
MACAM SURGA DAN NERAKA
MACAM-MACAM NERAKA

1. NERAKA HAWIYAH
2. NERAKA JAHIM
3. NERAKA SAQAR
4. NERAKA LAZZA
5. NERAKA HUTHAMAH
6. NERAKA SA’IR
7. NERAKA WAIL
8. NERAKA JAHANAM

MACAM-MACAM SURGA

1. SURGA FIRDAUS
2. SURGA ’ADN
3. SURGA NAIM
4. SURGA MA’WA
5. SURGA DARUSSALAM
6. SURGA DARUL MUQAMAH
7. SURGA AL-MAQAMUL AMIN
8. SURGA KHULDI


Keterangan:

1. NERAKA HAWIYAH: 
diperuntukkan atas orang-orang yang ringan timbangan amalnya, yaitu mereka yang selama hidup di dunia mengerjakan kebaikan bercampur keburukan. Orang muslim laki-laki maupun perempuan yang perbuatan sehari- harinya tidak sesuai dengan ajaran Islam, maka Hawiyah sebagai tempat tinggalnya. Mereka ini yaitu orang yang tidak mau menerima syariat Islam, tidak mau memakai jilbab (bagi wanita), memakai sutra dan emas (bagi lak- laki), mencari rejeki dengan cara tidak halal, memakan riba dan lain sebagainya.

2. NERAKA JAHIM 
adalah neraka sebagai tempat penyiksaan atas orang-orang musyrik atau orang-orang yang menyekutukan ALLAH, maka sesembahan mereka akan datang untuk menyiksa mereka. Orang yang di dunia menyembah sapi (bangsa Hindu) maka sapi yang akan menyiksa orang itu. Orang yang menyembah patung berbentuk hewan, maka patung itu yang akan menyiksanya. Dan demikian selanjutnya. Syirik disebut sebagai dosa yang paling besar menurut ALLAH, karena syrik berarti mensekutukan ALLAH atau menganggap ada mahluk yang lebih hebat dan berkuasa sehebat ALLAH. Syirik dapat pula berarti menganggap ada Tuhan lain selain ALLAH. 

3. NERAKA SAQAR 
adalah tempat untuk orang-orang munafik, yaitu orang-orang yang mendustakan (tidak mentaati) perintah ALLAH dan Rasulullah. Mereka mengetahui bahwa ALLAH sudah menentukan hukum Islam melalui lisan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, tetapi mereka meremehkan syariat (hukum) Islam. Maka dibakar dalam api adalah hukuman untuk mereka.

4. NERAKA LAZZA: 
neraka yang bergejolak apinya dan mengelupaskan kulit kepalanya. [QS:70. Al Ma´aarij] 15-18 

5. NERAKA HUTHAMAH: 
itu disediakan untuk orang yang suka mengumpulkan harta, serakah dan menghina orang-orang miskin. Mereka berpaling dari agama, tidak mau bersedekah dan tidak mau pula membayar zakat. Mereka juga memasang wajah masam apabila ada orang miskin yang meminta bantuan. Maka ALLAH membalas dengan menyiksa mereka dengan cara menguliti dan mengelupaskan kulit muka mereka. Serta membakar mereka semau yang ALLAH mau. NERAKA HUTHAMAH disediakan untuk gemar mengumpulkan harta berupa emas, perak atau platina, mereka serakah tidak mengeluarkan zakat hartanya dan mencela menghina orang-orang miskin. Maka di Huthamah harta mereka dibawa dan dibakar untuk diminumkan sebagai siksa kepada manusia pengumpat pengumpul harta.

6. NERAKA SAIR 
diisi oleh orang-orang kafir. Dan orang yang memakan harta anak yatim. Kafir berasal dari kata kufur yang berarti ingkar atau menolak. Sehingga kafir dapat diartikan menolak adanya ALLAH atau dengan membantah perintah ALLAH dan Rasul-NYA. Jadi manusia kafir itu terdiri dari: Orang yang tidak beragama Islam atau orang yang tidak mau membaca syahadat. Orang Islam yang tidak mau shalat. Orang Islam yang tidak mau puasa. Orang Islam yang tidak mau berzakat 

7. NERAKA WAIL 
disediakan untuk para pengusaha dan pedagang yang culas, mengurangi timbangan, mencalo barang dagangan untuk mendapatkan keuntungan yang berlipat. Maka dagangan mereka dibakar dan dimasukkan ke dalam perut mereka sebagai azab atas dosa-dosa mereka.

8. NERAKA JAHANAM: 
Neraka tempat penyiksaan itu kemudian banyak disebut orang dengan nama jahanam. Neraka yang paling dalam dan berat siksaannya. [QS: 15. Al Hijr] 43-44
Macam-macam Surga


1. SURGA FIRDAUS: 
surga yang diciptakan dari emas yang merah dan diperuntukan bagi orang yang khusyuk sholatnya, menjauhkan diri dari perbuataan sia-sia, aktif menunaikan zakat, menjaga kemaluaannya, memelihara amanah, menepati janji, dan memelihara sholatnya.

2. SURGA ‘ADN: 
surga yang diciptakan dari intan putih dan diperuntukkan bagi orang yang bertakwa kepada Allah (An Nahl:30-31), benar-benar beriman dan beramal shaleh (Thaha:75-76), banyak berbuat baik (Fathir: 32-33), sabar, menginfaqkan hartanya dan membalas kejahatan dengan kebaikan (Ar-Ra’ad:22-23)

3. SURGA NAIM: 

surga yang diciptakan dari perak putih dan diperuntukkan bagi orang-orang yang benar-benar bertakwa kepada Allah dan beramal shaleh. Al Qalam: 34

4. SURGA MA’WA: 
surga yang diciptakan dari jamrud hijau dan diperuntukan bagi orang-orang yang bertakwa kepada Allah (An Najm: 15), beramal shaleh (As Sajdah: 19), serta takut kepada kebesaran Allah dan menahan hawa nafsu (An Naziat : 40-41)

5. SURGA DARUSSALAM: 
surga yang diciptakan dari yakut merah dan diperuntukkan bagi orang yang kuat imannya dan Islamnya, memperhatikan ayat-ayat Allah serta beramal shaleh.

6. SURGA DARUL MUQAMAH: 
surga yang diciptakan dari permataa putih dan diperuntukkan bagi orang yang bersyukur kepada Allah.

Kata Darul Muaqaamah berarti suatu tempat tinggal dimana di dalamnya orang-orang tidak pernah merasa lelah dan tidak merasa lesu. Tempat ini diperuntukkan kepada orang-orang yang bersyukur sebagaimana yg disebutkan di dalam surat Faathir ayat 35. Sedangkan surga Darul Muaqaamah ini terbuat dari permata putih.

7. SURGA AL-MAQAMUL AMIN
surga yang diciptakan dari permata putih.
Kata Al-Maqamul Amin menurut Dr M Taquid-Din dan Dr M Khan berarti tempat yang dan diperuntukkan bagi orang-orang yang bertakwa. Sedangkan surga Al-Maqamul Amin ini terbuat dari permata putih.
8. SURGA KHULDI: surga yang diciptakan dari marjan merah dan kuning diperuntukkan bagi orang yang taat menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya (orang-orang yang bertakwa).

Image Ilustrasi saja
Sumber

Pengertian Kerja Keras, Tekun, Ulet dan Teliti

Pengertian Kerja Keras, Tekun, Ulet dan Teliti
Kerja keras adalah usaha maksimal untuk memenuhi keperluan hidup di dunia dan di akhirat disertai sikap optimis. Setiap orang wajib berikhtiar maksimal untuk memenuhi kebutuhan hidup di dunia dan akhirat. Kerja Keras, Tekun, Ulet dan Teliti


1. Kerja Keras.

Kerja keras adalah usaha maksimal untuk memenuhi keperluan hidup di dunia dan di akhirat disertai sikap optimis. Setiap orang wajib berikhtiar maksimal untuk memenuhi kebutuhan hidup di dunia dan akhirat. Kebutuhan hidup manusia baik jasmani maupun rohani harus terpenuhi. Kebutuhan jasmani antara lain makan, pakaian dan tempa tinggal sedangkan kebutuhan rohani diantaranya ilmu pengetahuan dan nasehat. Kebutuhan itu akan diperoleh dengan syarat apabila manusia mau bekerja keras dan berdo’a maka Allah pasti akan memberikan nikmat dan rizki-Nya.

Bekerja atau berikhtiar merupakan kewajiban semua manusia. Karena itu untuk mencapai tujuan hidup manusia harus bekerja keras terlebih dahulu. Dalam lingkup belajar, kerja keras sangat diperlukan sebab belajar merupakan proses ang membutuhkan waktu. Orang akan sukses apabila ia giat belajar, tidak bermalas-malasan.

Firman Allah swt:

لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلا مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ (١١)

Artinya:“ Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” Q.S. (Ar-Ra’du[13]: 11)

Merujuk pada aat al-Qur’an di atas, maka setiap manusia haruslah mengusahakan untuk kehidupannya, tidak sekedar menunggu rizki dari Allah dengan berpangku tangan saja.

Adapun apabila manusia bekerja keras maka akan memperoleh beberapa manfaat antara lain: mendatangkan pahala karena bekerja keras merupakan ibadah kepada Allah swt, meningkatkan kesejahteraan dan mewujudkan cita-cita atau tujuan hidup.

2. Tekun dan Ulet

Tekun berarti kesungguhan tekad dalam melakukan (mencapai) sesuatu. Sedangkan ulet berarti tidak putus asa disertai kemauan keras dalam berusaha mencapai tujuan dan cita-cita. Tekun dan ulet merupakan sifat terpuji. Setiap muslim harus memiliki sikap tekun dan ulet baik dalam bekerja maupun beribadah. Berikut ini macam-macam sikap tekun dan ulet.

a. Tekun dan Ulet dalam bekerja. 

Agama Islam mendorong kita untuk berusaha atau bekerja mencari rizki. Perintah agar manusia bertebaran di muka bumi untuk mencari karunia Allah, merupakan bukti motivasi ang diberikan Allah swt. Islam selanjutnya menyuruh kita untuk bersikap optimis, sebaliknya melarang untuk bersikap ragu-ragu dan pesimis.Untuk itu, dalam berusaha dan bekerja harus disertai sikap tekun dan ulet sehingga dapat memperoleh hasil yang maksimal.

b. Tekun dan ulet dalam belajar.
Setiap muslim diwajibkan untuk menuntut ilmu. Ilmu mempunyai arti penting bagi kehidupan manusia, karena dengan ilmu seseorang atau suatu bangsa dapat menjaga, melestarikan, dan mengembangkan nilai-nilai luhur bangsa.

Allah swt berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ (١١)

Artinya:

Wahai orang yang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis” maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan berdirilah maka berdirilah niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.Q.S: ( Al Mujadalah[58]: 11)

Ayat di atas memberikan dorongan untuk senantiasa mencari ilmu pengetahuan yang berguna bagi manusia demi meningkatkan kualitasnya dalam rangka membangun peradaban dan peningkatan harkat derajat suatu bangsa.

Tekun dan ulet sangat diperlukan dalam menuntut ilmu atau belajar. Kita harus rajin dn tidak mudah putus asa dalam menekuni setiap pelajaran. Untuk mencapai apa yang dicita-citakan, setiap siswa harus menanamkan kesadaran diri untuk senantiasa tekun dan ulet dalam menempuh proses mencapai cita-cita itu. Dengan tekun dan ulet dalam belajar maka kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat akan dapat diraih.

3. Teliti
Teliti berarti cermat dan hati-hati. Teliti termasuk akhlak mahmudah yang harus dimiliki setiap muslim. Orang yang senantiasa cermat dan teliti dalam setiap perbuatan maka kemungkinan besar akan terhindar dari kesalahan dan mara bahaya. Islam melarang umatnya tergesa-gesa dan berlaku sembarangan dalam tindak tanduknya, sebab sikap tergesa-gesa itu adalah tindak tanduk setan.

Seseorang dalam melakukan pekerjaan atau usaha selain harus tekun dan ulet hendaknya juga bersikap teliti. Sikap teliti akan membawa keuntungan dan hasil yang maksimal. Sebagai contoh seorang pedagang akan memberi uang kembalian pada pembeli, apabil ia menghitung dengan cermat dan hati hati niscaya uang pengembalian itu akan pas . Apabila pedagang tersebut tergesa-gesa menghitung dan tidak teliti, besar kemungkinan uang kembalian itu akan lebih atau kurang sehingga menimbulkan kerugian bagi salah satu pihak. Contoh lain adalah seorang siswa ang diberi pekerjaan rumah oleh gurunya. Lalu sampai di rumah ia mengerjakan dengan teliti, maka besar kemungkinan hasilnya tidak akan ada kesalahan dan ia mendapat nlai yang memuaskan.

B. Contoh perilaku Kerja Keras, Tekun, Ulet dan Teliti
Sikap kerja keras, tekun, ulet dan teliti sangat berkaitan erat. Maksudnya sebuah usaha yang dilakukan dengan giat atau keras maka akan lebih maksimal apabila diiringi dengan ketekunan , keuletan dan ketelitian.

 Berikut ini contoh yang menunjukkan perilaku kerja keras, tekun, ulet dan teliti.

1. Bersungguh-sungguh mencari rizki yang halal, sebab Allah tidak akan memberi rizki pada orang yang malas.
2. Tidak mudah putus asa bila dalam bekerja atau belajar menemui hambatan, tetap berusaha mencari jalan keluar terhadap masalah yang dihadapi.
3. Segera menyelesaikan pekerjaan tidak menunda-nundanya.
4. Apabila telah berhasil memperoleh apa yang direncanakan, tidak cepat merasa puas, akan tetapi terus terpacu untuk lebih kreatif.
5. Apabila menghadapi pekerjaan yang tidak disukai, maka tetap tekun menyelesaikan pekerjaan tersebut dengan hati sabar.
6. Senantiasa bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang dilakukan.

7. Apabila mengalami kegagalan dalam sebuah pekerjaan, maka tidak merasa putus asa, namun mengoreksi kembali langkah-langkah yang telah dilakukan untuk perbaikan yang akan datang.
8. Melakukan pekerjaan didahului dengan perencanaan yang matang.
9. Melakukan pekerjaan dengan fisik yang kuat dan hati senang sehingga pekerjaan dapat dilakukan dengan ringan.

C. Membiasakan Diri Berperilaku Kerja Keras, Tekun, Ulet dan Teliti
Perilaku Kerja keras, Tekun, Ulet dan Teliti sangat dianjurkan oleh agama Islam. Akan tetapi keempat perilaku tersebut bukanlah mudah hal yang mudah untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut disebabkan beberapa hal antara lain sifat malas dan kesibukan kita. Oleh karena itu dibutuhkan niat yang tulus dan pembiasaan diri agar keempat sikap tersebut sedikit demi sedikit akan tumbuh dan menjadi kebiasaan .

Dari Ibnu Umar r.a. berkata : Rasulullah saw memegang pundak kedua pundak saya seraya bersabda : Jadilah engkau di dunia seakan-akan orang asing atau pengembara “, Ibnu Umar berkata : Jika kamu berada di sore hari jangan tunggu pagi hari,dan jika kamu berada di pagi hari jangan tunggu sore hari, gunakanlah kesehatanmu untuk (persiapan saat) sakitmu dan kehidupanmu untuk kematianmu “ (Riwayat Bukhori)

Hadis di atas mengajarkan kepada kita untuk pertama, bersegera mengerjakan pekerjaan baik dan memperbanyak ketaatan, tidak lalai dan menunda-nunda karena dia tidak tahu kapan datang ajalnya, kedua menggunakan berbagai kesempatan dan momentum sebelum hilangnya berlalu .

Untuk memulainya, cobalah evaluasi diri beberapa peristiwa yang pernah kita lakukan kemarin dan hubungkanlah dengan keempat peilaku terpuji di atas. Untuk membantu mengingatkanmu berikut ini terdapat tabel pembiasaan diri berperilaku kerja keras, tekun, ulet dan disiplin.  

PERILAKU TERPUJI (ADAB MAKAN DAN MINUM)

PERILAKU TERPUJI (ADAB MAKAN DAN MINUM)

Makan dan minum merupakan kebutuhan hidup bagi setiap insan. Bahkan, semua mahkluk hidup membutuhkan makan dan minum.

Meskipun demikian, kita sebagai muslim, makan dan minum tidak semata-mata ditujukan untuk menjaga ketahanan fisik saja. Dengan makan dan minum diharapkan dapat lebih bertahan dalam menjalankan ibadah.

Dengan makan dan minum, kita dapat merasakan nikmat karunia Allah swt. yang ada dalam makanan dan minuman itu serta dapat membawa dirinya untuk lebih dekat kepada Allah swt. dan bersyukur kepada-Nya. Oleh karena itu, dalam makan dan minum ada tuntunan atau tata kramanya.
Agama Islam mengajarkan tata krama atau adab dalam makan dan minum yang harus kita perhatikan dan laksanakan.Adab dalam makan dan minum adalah sebagai berikut.
  1. Sebelum makan, kita hendaknya membersihkan tangan terlebih dahulu.
  2. Sebelum makan atau minum, kita hendaknya berdoa terlebih dahulu.
  3. Doa akan makan dan minum
  4. Kita duduk tenang, tidak tergesa-gesa, dan menggunakan tangan kanan.
  5. Kita makan tidak sambil berbicara, berkelakar, atau tertawa-tawa.
  6. Kita makan barang halal, baik, dan bergizi, serta tidak berlebih-lebihan. Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya : “Makanlah di antara rezeki yang baik yang telah Kami berikan kepadamu dan jangan melanipaui batas padanya ....(Q.S.Tãhã: 81)
  7. Makanan yang sudah diambii, kita usahakan dihabiskan.
  8. Setelah selesai makan, kita hendaknya mencuci tangan, kemudian berdoa.
Tata Krama Makan Dan Minum

Makan dan minum merupakan kebutuhan tubuh agar mampu beraktivitas. Islam menganjurkan kita untuk selalu memenuhi kebutuhan jasad kita, yaitu makan dan minum. Makan dan minum yang benar meruapkan salah satu bentuk rasa syukur kita kepada pemberian Allah swt. Orang yang tidak mau memenuhi kebutuhan makan dan minum, padahal jasadnya membutuhkannya berarti ia tidak mensyukuri nikmat Allah.

Dalam memenuhi kebutuhan makan dan minum, Islam mengatur tata caranya. Dengan memenuhi aturan itu kita berbeda dengan hewan. Bukankah manusia adalah makhluk yang paling mulia ?

Adapun tata krama makan dan minum sebagai berikut:

Makan dan minum yang kita nikamti itu benar-benar dari yang halal. Halal meliputi:

  1. Halal cara memperolehnya, misalnya makan dan minum itu diperoleh dari hasil kerja keras kita, bukan dari hasil merampok, korupsi atau manipualsi.
  2. Makanan dan minuman itu benar-benar makanan dan minuman yang halal untuk dikonsumsi, bukan daging babi, bangkai, darah, minuman keras, narkoba atau sejenisnya.
  3. Makanan dan minuman itu memang sehat untuk dikonsumsi, tapi sebaiknya dimasak terlebih dahulu, agar dapat menyehatkan. Selain itu bila minuman dan makanan itu membahayakan bagi kita maka tinggalkanlah.
  4. Sebelum makan, cucilah tangan kita samapi benar-benar bersih
  5. Mulailah makan dan minumm dengan membaca basmalah dialnjutkan dengan membaca doa: Allahumma baariklnaa fi maa razaqtanaa wa qina adzaa bannar
  6. Apabila lupa membaca basmalah sebelum makan dan minum maka bacalah: Bismillahi awwalahu wa akhirahu
  7. Gunakanlah tangan kanan untuk makan dan minum.
  8. Ambillah makanan dan minuman yang ada didekat kita, terutama disaat makan bersama.
  9. Apabila kita makan bersama ayah dan ibu persilakan ayah dan ibu mengambil dahulu.
  10. Usaha makan dan minum dalam keadaan sambil duduk.
  11. Tidak menggunakan makanan dan minuman itu untuk mainan.
  12. Makanlah sedikit demi sedkit (lalu dikunyah), jangan sampai menjejal makanan dan pada mulut kita.
  13. Makan jangan sampai terlalu kenyang.
  14. Makanlah dengan menggunakn wadah. Tuangkanlah makanan pada wadah secukupnya, jangan terlalu banyak.
  15. Jangan menyisakan makana di dalam piring kita.
  16. Bila sudah selesai, maka bacalah doa: Alhamdulillhil ladzii ath’amanaa wa saqaanaa wa ja’alanaa muslimiin

Artinya:

Segala puji bagi Allah yang memberi kami makan dan minum dan telah menjadikan kami orang-orang Islam.

Demikian sedikit bahasan tentang  PERILAKU TERPUJI (ADAB MAKAN DAN MINUM) Semoga bermanfaat.

    JENIS-JENIS HEWAN YANG HALAL DAN HARAM

    JENIS-JENIS HEWAN YANG HALAL DAN HARAM DIMAKAN SERTA MAKANAN YANG BERSUMBER DARI BINATANG YANG DIHARAMKAN

    A.    Binatang yang Dihalalkan
    Binatang yang dihalalkan adalah binatang yang diperbolehkan untuk dikonsumsi dagingnya oleh manusia, khususnya bagi orang-orang beriman. Jenis binatang yang dinyatakan tegas halal dalam A1-Qur’an adalah binatang ternak, binatang buruan, dan binatang yang berasal dan laut.

    Binatang ternak dihalalkan berdasarkan firman Allah swt. dalam Surat Al Ma’idah Ayat 1 yang artinya “Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu …”. Binatang yang dihalalkan adalah binatang buruan dan makanan yang berasal dan laut.  Hal berdasarkan firman Allah swt. dalam Surat Al-Mä’idah Ayat 96 yang artinya “Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang berasal) dan laut sebagai makanan yang lezat hagimu dan bagi orang-orang yang dalam perjalanan. (Q.S. A1-M’idah: 96)
    Jenis binatang yang halal berdasarkan hadis, antara lain ayam, kuda, keledai liar, kelinci, dan belalang. Perhatikan Hadist Rasullah berikut ini

    1)    DariAbu Musa r.a., ia herkata, “Aku pernah melihatNahi saw. makan (daging) ayam.” (H.R. Bukhari dan Tirmizi)
    2)    DariAsma bintiAhu Bakar r.a., ia berkata, “Di zaman Rasulullah saw, kami pernah menyembelih kuda dan kami memakannya.” (Muttafaq ‘Alaih)
    3)    Abu Qatadah ra. tentang kisah keledai liar. Nabi saw. makan sebagian dan daging keledai itu. (Muttafaq ‘Alaih)
    4)    Dan Anas r.a. dalam kisah kelinci, ia berkata, “Ia menyembelihnya, lalu dikirimkan daging punggungnya kepada Rasulullah saw., lalu heliau menerimanya.” (Muttafaq ‘Alaih).
    5)    Dari lbnuAbiAufa r.a., ia berkata, “Kami herperang bersamaRasulullah saw. Tujuh kali perang. Kami memakan belalang.” (Muttafaq ‘Alaih)

    Dalam hukum Islam, semua jenis binatang yang tidak ditegaskan tentang keharamannya, berarti halal untuk dimakan. Akan tetapi, kita dalam memperoleh daging yang halal, tentu harus menyembelihnya terlebih dahulu, kecuali belalang dan ikan. Binatang yang mati bukan karena disembelih termasuk bangkai dan hukumnya haram.
    Dalam menyembelih pun tidak asal mematikan binatang begitu saja, tetapi harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan syarak. Apabila cara menyembelihnya salah, mengakibatkan binatang yang sebenarnya halal dapat berubah menjadi haram. Adapun yang dimaksud menyembelih adalah memutuskan jalan makan, minum, jalan napas, dan urat nadi pada leher binatang yang disembelih dengan alat tertentu sesuai dengan ketentuan syarak.
    Orang yang menyembelih binatang harus memenuhi syarat-syaratnya. Syarat- syarat itu adalah sebagai berikut
    1)    Beragama Islam, penyembelihan yang dilakukan oleh orang kafir atau orang musyrik, hukumnya tidak sah Oleh karena itu daging binatang yang disembelih tersebut hukumnya haram.
    2)    Berakal sehat, penyembelihan yang dilakukan oleh orang yang gila atau mabuk, hukumnya tidak sah. Oleh karena itu, daging binatang yang disembelih tersebut hukumnya haram.
    3)    Mumayiz, artinya sudah dapat membedakan antara yang benar dan salah. Penyembelihan yang dilakukan oleh anak-anak, tidak sah.

    Selain itu, Binatang yang hendak disembelih harus memenuhi syarat sebagai berikut.
    •    Binatang yang akan disembelih benar-benar masih dalam keadaan hidup.
    •    Binatang yang akan disembeh binatang yang halal hukumnya.


    Adapun Syarat-Syarat Alat Penyembelihan, adalah sebagai berikut:
    1)    tajam;
    2)    tidak runcing dan tidak tumpul;
    3)    terbuat dan besi, baja, batu, bambu, atau kaca;
    4)    bukan kuku, gigi, atau tulang.
    Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw.yang artinya “Sesuatu yang dapat men gucurkan darah dan yang disembelih dengan menyebut nama Allah maka makanlah, kecuali dengan menggunakan gigi dan kuku. (H.R. Bukhari dan Muslim)

    Dalam Penyembelihan. Ada beberapa hal yang disunahkan dalam menyembelih, antara lain
    a. menghadap kiblat;
    b. menyembelih pada pangkal leher;
    c. menggunakan alat yang tajam;
    d. mempercepat dalam menyembelih;
    e. melepaskan tali pengikat setelah disembelih;
    f. berlaku baik dalam menyembelih, tidak kasar, dan tidak lamban.
    Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw.yang artinya: “Sesungguhnya Allah menetapkan supaya berbuat baik terhadap sesuatu. Apahila kamu memhunuh, bunuhlah dengan baik. Apabila kamu hendak menyembelih, sembelihlah dengan baik, dan hendaklah memperta jam pisaunya serta memherikan kesenangan terhadap binatang yang disembelih.” (H.R. Muslim)

    Menyembelih binatang, seharusnya pada bagian leher karena jalan napas, jalan makan dan minum, serta urat nadi terletak pada leher. Meskipun demikian, binatang yang liar dan sulit untuk disembelih pada bagian lehernya, misalnya jatuh ke lubang atau ke sumur dalam posisi kepala di bawah atau sulit ditangkap, dapat disembelih dengan cara melukai bagian tubuh yang dapat mematikannya. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw.yang artinya: “Dari Abu Usvra ,dart ayahnya, ia berkata bahwaRasuluilah saw. ditanya, Apakah tidak ada penyembehhan itu selain di kerongkongan dan di leher? Beliau bersabda, “Kalau kamu tusuk pahanya. niscaya memadailah itu.” (H.R. Tirmizi)

    a. Cara Menyembelih Binatang secara Tradisional
    Adapun menyembelih binatang secara tradisional adalah sebagai berikut.
    1)    Menyiapkan peralatan untuk menyembelih dan binatang yang akan disembelih.
    2)    Hewan yang akan disembelih dibaringkan ke kiri sehingga menghadap kiblat.
    3)    Lehemya diletakkan di atas lubang  penampungan darah yang sudah disiapkan terlebih dahulu.
    4)    Kaki-kaki binatang yang akan disembelih diikat atau dipegang kuat-kuat, kepalanya ditekan ke bawah agar tanduknya menancap ke tanah.
    5)    Mengucapkan basmalah, kemudian alat penyembelih yang sudah disiapkan langsung digoreskan pada leher binatang yang disembelih sehingga jalan makan, minum, dan nafas, serta kedua urat nadi kanan dan kiri leher putus.
    6)    Kemudian, tali pengikat pada binatang tersebut dilepaskan agar memudahkan dan mempercepat kematiannya.
    b. Cara Menyembelih Binatang secara Mekanik
    Menyembelih binatang secara mekanik merupakan cara yang modem dan sah hukumnya. Penyembelihan seperti ini lebih cepat sehingga binatang yang disembelih tidak merasakan sakit berkepanjangan.


    Binatang yang diharamkan itu disebabkan empat hal, yaitu karena nasAl-Qur’an dan hadis, karena diperintah membunuh, karena dilarang membunuh, dan karena menjijikkan.
    1. Haram karena Nas AI-Qur’an atau Hadist
    Binatang yang haram karena nas dalam Al-Qur’an atau hadis, antara lain
    a.    babi;
    b.    khimar jinak (keledai);
    c.    binatang buas atau binatang bertaring;
    d.    burung yang berkuku tajam dan berparuh kuat;
    e.    binatang jalalah (binatang yang sebagian besar makanannya adalah kotoran).
    Babi diharamkan berdasarkan firman Allah swt. dalam SuratAl-M’idahAyat 3 yang artinya “Diharamkan bagi kamu (memakan) bangkai, darah, daging babi.”

    Khimar jinak diharamkan berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Yang artinya: Dan Jahir bahwa Nahi Muhammad saw. telah melarang memakan daging khimar jinak. (H.R. Bukhari dan Muslim)

    Binatang buas yang bertaring, seperti kucing, singa, harimau, beruang, serigala, dan anjing diharamkan berdasarkan sabda Rasulullah saw. Yang artinya: “Sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda, “Tiap-tiap hinatang buas yang mempunyai taring haram dimakan. (H.R. Muslim dan Tirmizi)
    Burung buas yang berkuku tajam untuk berburu, seperti elang dan rajawali diharamkan berdasarkan sabda Rasulullah saw. Baca dan pahamilah sabda Rasulullah saw. Yang artinya: “Rasulullah saw. melarang (memakan) tiap-tiap burung yang mempunyai kuku tajam.”(H.R. Muslim)

    Jalalah adalah binatang yang makanannya sebagian besar kotoran yang najis. Binatang itu diharamkan berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah yang artinya Dan Ibnu Umar r.a., ia berkata, “Rasulullah saw. melarang memakan binatangjalalah (binatang pemakan kotoran) dan melarang pu/a meminum susunya.” (H.R.Ibnu Majah)
    Binatang yang diharamkan karena kita diperintah supaya membunuhnya, antara lain
    a)    ular;
    b)    burunggagak;
    c)    burung elang;
    d)    tikus;
    e)    anjing gila.
    Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw yang artinya  “Lima macam binatang yang semua merusak dan hendaklah dibunuh, baik di tanah halal maupun di tanah haram; (yaitu) ular; burung gagak, tikus, anjing gila, dan hurung elang. (H.R. Muslim)

    Ada beberapa binatang yang diharamkan karena kita dilarang membunuhnya, yaitu semut, lebah madu, burung hud-hud, dan burung suradi. Hal itu dijelaskan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad yang artinya: Dan Ibnu A bhas, Nabi saw. telah melarang membunuh empat macam binatang, (yaitu) semut,  lehah, hurung hud-hud, dan burung suradi. (H.R. Ahmad)

    Selian itu, ada pula binatang yang diharamkan karena menjijikkan keadaannya, seperti belatung, pacet, cacing, dan lintah. Baca dan pahamilah firman Allah swt. Yang Artinya: “Dan (Allah) men ghalalkan bagi mereka sega/a yang balk dan men gharamkan bagi mereka sega/a yang buruk .... (Q.S. A1-A’raf: 157)
    Selain binatang yang diharamkan karena empat hal tersebut, ada juga hinatang yang asalnya halal menjadi haram karena sebab-sebab tertentu. Binatang-binatang tersebut adalah
    a. disembelih dengan menyebut selain nama Allah swt.;

    b. mati tercekik;
    c. terpukul atau tertabrak kendaraan;
    d. karenajatuh;
    e. karena ditanduk binatang lain;
    f. karena diterkam binatang buas;
    g. disembelih untuk berhala.

    Hal tersebut dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat Al-Mã’idah Ayat 3. yang artinya: “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala .... (Q.S. A1-Mã’idah: 3)

    Ali Bin Abu Thalib: Orang yang Dicintai Allah Dan Rasulnya

    Ali Bin Abu Thalib: Orang yang Dicintai Allah Dan Rasulnya | "Tidak ada pedang, setajam pedang Zulfikar dan tidak ada pemuda yang setangguh Ali bin Abu Thalib"
    Demikianlah slogan yang selalu didengung-dengungkan oleh kaum muslimin ketika perang Uhud yang amat dahsyat itu tengah berlangsung. Dalam perang tersebut, Ali bin Abu Thalib memperlihatkan ketangguhannya sebagai seorang pahlawan islam yang gagah perkasa. Ia di kenal sebagai jagoan bangsa Arab yang mempunyai kemahiran memainkan pedang dengan tangguh. Sementara itu, baju besi yang dimilikinya berbentuk tubuh bagian depan di kedua sisi, dan tidak ada bagian belakangnya. Ketika di tanya,"Mengapa baju besimu itu tidak dibuatkan bagian belakangnya, Hai Abu Husein?" Maka Ali bin Abu Thalib akan menjawabnya dengan mudah,"Kalau seandainya aku menghadapi musuhku dari belakang, niscaya aku akan binasa."


    Ketika terjadi perang Badar antara kaum muslimin dan kaum kafir Quraisy, di mana kaum muslimin memperoleh kemenangan yang telak, maka korban yang berjatuhan di pihak kaum Quraisy berjumlah tujuh puluh orang. Konon sepertiga korban yang tewas dari pihak kaum Quraisy pada perang badar itu merupakan persembahan khusus dari Ali bin Abu Thalib dan Hamzah bin Abdul Muthalib.


    Sementara itu Amru bin Wud Al 'Amiri, seorang jawara yang tangguh dari kaum kafir Quraisy ikut serta dalam perang Khandak. Dengan angkuhnya ia menari-nari di atas kudanya sambil memainkan pedangnya dan mengejek kaum muslimin seraya berkata,"Hai kaum muslimin, manakah surga yang telah dijanjikan kepadamu bahwa orang yang gugur diantaramu akan masuk kedalamnya? inilah dia surga yang kini berada di hadapan-mu, maka sambutlah."


    Namun nyatanya tak ada seorangpun dari kaum muslimin yang berani maju untuk menjawab tantangan yang dilontarkan Amru bin Wud , yang terkenal bengis dan kejam itu. Tak lama kemudian Ali bin Abu Thalib pun berdiri dan berkata kepada Rasulullah," Ya Rasulullah, kalau Anda mengijinkan, maka saya akan maju untuk bertarung melawannya" Rasulullah menjawab,"Hai Ali, Bukankah dia itu Amru bin Wud, jagoan kaum Quraisy yang ganas itu?" Ali bin Abu Thalib pun menjawab,"Ya, Saya tahu dia itu adalah Amru bin wud, akan tetapi bukankah ia juga manusia seperti kita?" Akhirnya Rasulullah mengijinkan untuk bertarung melawannya. 


     Selang beberapa saat kemudian, Ali bin Abu Thalib telah maju ke gelanggang pertarungan untuk bertarung melawan Amru bin Wud. Lalu Amru bertanya seraya memandang remeh kepadanya,"Siapakah kamu hai anak muda?", "Aku adalah Ali." Amru bin Wud bertanya lagi,"Kamu anak Abdul Manaf?", "Bukan, Aku anak Abu Thalib." Lalu Amru bin Wud berkata,"Kamu jangan maju ke sini hai anak saudaraku! Kamu masih kecil. Aku hanya menginginkan orang yang lebih tua darimu, karena aku pantang menumpahkan darahmu." Ali bin Abu Thalib menjawab,"Jangan sombong dulu hai Amru! Aku akan buktikan bahwa aku dapat merobohkan-mu hanya dalam beberapa detik saja dan aku tidak segan-segan untuk menghantarkan-mu ke liang kubur."


    Betapa marahnya Amru bin Wud mendengar jawaban Ali bin Abu Thalib itu. Lalu ia turun dari kuda dan dihunus-nya pedang miliknya itu ke arah Ali bin Abu Thalib. Sementara itu Ali bin Abu Thalib menghadapinya dengan tameng di tangan kirinya.


    Tiba-tiba Amru bin Wud melancarkan serangannya dengan pedang. Dan Ali pun menangkis serangan itu dengan menggunakan tamengnya yang terbuat dari kulit binatang sehingga pedang Amru tertancap di tameng itu. Maka secepat kilat Ali menghantamkan dengan keras pedang Zulfikar pada tengkuknya hingga ia tersungkur ke tanah dan bersimbah darah, dan kaum kafir Quraisy lainnya yang melihat itu lari tunggang langgang. 


    Pada suatu ketika Rasulullah mengutus pasukan kaum muslim ke Wilayah Khaibar di bawah pimpinan Abu Bakar As Siddiq. Lalu pasukan tersebut berangkat untuk menembus benteng pertahanan Khaibar. Dengan mengerahkan segala daya kekuatan mereka berusaha membobol benteng tersebut, namun pintu benteng tersebut sangat kokoh sehingga sukar untuk ditembus-nya.
    Keesokkan harinya, Rasulullah mengutus Umar bin Khattab untuk memimpin pasukan untuk menaklukkan benteng tersebut. Dengan semangat yang berkobar-kobar akhirnya terjadilah peperangan yang dahsyat antara dua pasukan bersenjata itu. Umar terus membangkitkan semangat anak buahnya agar dapat menguasai benteng khaibar, namun upaya mereka belum membuahkan hasil meskipun telah berusaha sekuat tenaga dan mereka pun pulang dengan tangan hampa.


    Setelah itu Rasulullah SAW bersabda,"Esok hari aku akan berikan bendera ini kepada seorang laki-laki yang dicintai Allah dan Rasulnya. Dan mudah-mudahan Allah akan membukakan pintu kemenangan bagi kaum muslimin melalui kedua tangannya, sedangkan ia sendiri bukan termasuk seorang pengecut."


    Maka para sahabat bertanya-tanya "Siapakah laki-laki yang beruntung itu?" Akhirnya setiap orang dari para sahabat itu berdoa dan memohon kepada Allah agar dialah yang di maksud oleh Rasulullah.


    Dan keesokkan harinya Rasulullah ternyata menyerahkan bendera kepemimpinan itu kepada Ali bin Abu Thalib yang sedang menderita penyakit mata. Kemudian Rasulullah meludahi kedua belah matanya yang sedang sakit hingga sembuh seraya berkata,"Hai Ali, terimalah bendera perang ini dan bawalah pasukan kaum muslimin bersamamu menuju benteng Khaibar hingga Allah membukakan pintu kemenangan bagi kaum muslimin."

    Lalu Ali bin Abu Thalib memimpin pasukan dan memusatkan pasukannya pada sebuah batu karang besar dekat benteng guna menghimpun kekuatan kembali. Tak lama kemudian ia memberikan komando untuk bersiap-siap menyerbu ke benteng dan akhirnya terjadilah perang yang sengit antara kaum muslimin dengan orang-orang yahudi di sana.

    Ali bin Abu Thalib memainkan pedang Zulfikar-nya dengan gesit dan menghunuskan kepada musuhnya yang berani menghadang. Tidak ada musuh pun yang selamat dari kelebatan pedang yang di genggam Ali. Akan tetapi seorang yahudi tiba-tiba menghantamkan pedang kearahnya dengan keras. Secepat kilat di tangkis serangan itu dengan tamengnya, hingga terjatuh tamengnya itu. Akhirnya ia raih sebuah pintu besar yang terbuat dari besi yang berada di sekitar benteng dan dijadikan-nya sebagai tameng dari serangan pedang orang-orang yahudi lainnya. Dan ia tetap menggunakan pintu besar itu hingga perang usai dan kaum muslimin memperoleh kemenangan.
    Abu Rofi' seorang sahabat yang ikut perang itu menyatakan,"Aku telah menyaksikan dengan mata kepalaku sendiri bagaimana Ali bin Abu Thalib mencabut pintu besi yang  besar itu untuk dijadikan tameng-nya, Setelah tameng-nya terjatuh dari tangannya." Kemudian setelah perang usai, ada delapan orang laki-laki, salah seorang diantaranya adalah aku sendiri, yang berusaha untuk menggotong dan menempatkan kembali pintu besi itu ke tempat semula, tetapi mereka tidak mampu untuk melakukannya karena terlalu berat."

    Tentang Ali Bin Abu Thalib

    Ali bin Abu Thalib, paman Nabi saw, bin Abdul Muththalib, bin Hasyim, bin Abdi Manaf, bin Qushayy. Ibunya adalah, Fathimah binti Asad, bin Hasyim, bin Abdi Manaf. Saudara-saudara kandungnya adalah: Thalib, 'Uqail, Ja'far dan Ummu Hani.


    Dengan demikian, jelaslah, Ali bin Abu Thalib adalah berdarah Hasyimi dari kedua ibu-bapaknya. Keluarga Hasyim memiliki sejarah yang cemerlang dalam masyarakat Mekkah. Sebelum datangnya Islam, keluarga Hasyim terkenal sebagai keluarga yang mulia, penuh kasih sayang, dan pemegang kepemimpinan masyarakat. Ibunya adalah Fathimah binti Asad, yang kemudian menamakannya Haidarah. Haidarah adalah salah satu nama singa, sesuai dengan nama ayahnya: Asad (singa). 

    Fathimah adalah salah seorang wanita yang terdahulu beriman dengan Risalah Nabi Muhammad Saw. Dia pula-lah yang telah mendidik Nabi Saw, dan menanggung hidupnya, setelah meninggalnya bapak-ibu beliau, Abdullah dan Aminah. Beliau kemudian membalas jasanya, dengan menanggung kehidupan Ali bin Abu Thalib, untuk meringankan beban pamannya, Abu Thalib, pada saat mengalami kesulitan ekonomi. Saat Fathimah (Ibu Ali bin Abu Thalib) meninggal dunia, Rasulullah Saw yang mulai mengkafaninya dengan baju gamisnya, meletakkannya dalam kuburnya, dan menangisinya, sebagai tangisan seorang anak atas ibunya. Dan bersabda,


    "Semoga Allah SWT memberikan balasan yang baik bagi ibu asuhku ini. Engkau adalah orang yang paling baik kepadaku, setelah pamanku dan almarhumah ibuku. Dan semoga Allah SWT meridhai-mu."
    Dan karena penghormatan beliau kepadanya, maka beliau menamakan anaknya yang tersayang dengan namanya: Fathimah. Darinyalah kemudian mengalir nasab beliau yang mulia, yaitu anak-anaknya: Hasan, Husein, Zainab al Kubra dan Ummu Kultsum.

    Haidarah adalah nama lain Imam Ali bin Abu Thalib yang dipilihkan oleh ibunya. Namun ayahnya menamakannya dengan Ali, sehingga dia terkenal dengan dua nama tersebut, meskipun nama Ali kemudian lebih terkenal.

    Sifat Ali Bin Abu Thalib

    Ali Bin Abu Thalib tumbuh menjadi anak yang cepat matang. Di wajahnya tampak jelas kematangannya, yang juga menunjukkan kekuatan, dan ketegasan. Saat ia menginjak usia pemuda, ia segera berperan penuh dalam dakwah Islam, tidak seperti yang dilakukan oleh pemuda seusianya. Contoh yang paling jelas adalah keikhlasannya untuk menjadi tameng Rasulullah Saw saat beliau hijrah, dengan menempati tempat tidur beliau. Ia juga terlibat dalam peperangan yang hebat, seperti dalam perang Al Ahzab, dia pula yang telah menembus benteng Khaibar. Sehingga dia dijuluki sebagai pahlawan Islam yang pertama.


    Ali bin Abu Thalib adalah seorang dengan perawakan sedang, antara tinggi dan pendek. Perutnya agak menonjol. Pundaknya lebar. Kedua lengannya berotot, seakan sedang mengendarai singa. Lehernya berisi. Bulu jenggotnya lebat. Kepalanya botak, dan berambut di pinggir kepala. Matanya besar. Wajahnya tampan. Kulitnya amat gelap. Postur tubuhnya tegap dan proporsional. Bangun tubuhnya kokoh, seakan-akan dari baja. Berisi. Jika berjalan seakan-akan sedang turun dari ketinggian, seperti berjalannya Rasulullah Saw. Seperti dideskripsikan dalam kitab Usudul Ghaabah fi Ma'rifat ash Shahabah: adalah Ali bin Abi Thalib bermata besar, berkulit hitam, berotot kokoh, berbadan besar, berjenggot lebat, bertubuh pendek, amat fasih dalam berbicara, berani, pantang mundur, dermawan, pemaaf, lembut dalam berbicara, dan halus perasaannya.


    Jika ia dipanggil untuk berduel dengan musuh di medan perang, ia segera maju tanpa gentar, mengambil perlengkapan perangnya, dan menghunuskan pedangnya. Untuk kemudian menjatuhkan musuhnya dalam beberapa langkah. Karena sesekor singa, ketika ia maju untuk menerkam mangsanya, ia bergerak dengan cepat bagai kilat, dan menyergap dengan tangkas, untuk kemudian membuat mangsa tak berkutik.
    Tadi adalah sifat-sifat fisiknya. Sedangkan sifat-sifat kejiwaannya, maka ia adalah sosok yang sempurna, penuh dengan kemuliaan.


    Keberaniannya menjadi perlambang para kesatria pada masanya. Setiap kali ia menghadapi musuh di medan perang, maka dapat dipastikan ia akan mengalahkannya.
    Seorang yang takwa tak terkira, tidak mau masuk dalam perkara yang syubhat, dan tidak pernah melalaikan syari'at.

    Seorang yang zuhud, dan memilih hidup dalam kesederhanaan. Ia makan cukup dengan berlauk-kan cuka, minyak dan roti kering yang ia patahkan dengan lututnya. Dan memakai pakaian yang kasar, sekadar untuk menutupi tubuh di saat panas, dan menahan dingin di kala hawa dingin menghempas.

    Penuh hikmah, adalah sifatnya yang jelas. Dia akan berhati-hati meskipun dalam sesuatu yang ia lihat benar, dan memilih untuk tidak mengatakan dengan terus terang, jika hal itu akan membawa mudharat bagi umat. Ia meletakkan perkara pada tempatnya yang tepat. Berusaha berjalan seirama dengan rekan-rekan pembawa panji dakwah, seperti keserasian butiran-butiran air di lautan.


    Ia bersikap lembut, sehingga banyak orang yang sezaman dengannya melihat ia sedang bergurau, padahal hal itu adalah suatu bagian dari sifat kesempurnaan yang melihat apa yang ada di balik sesuatu, dan memandang kepada kesempurnaan. Ia menginginkan agar realitas yang tidak sempurna berubah menjadi lurus dan meningkat ke arah kesempurnaan. Gurauan adalah 'anak' dari kritik. Dan ia adalah 'anak' dari filsafat. Menurutku, gurauan yang tepat adalah suatu tanda ketinggian intelektualitas para tokoh pemikir dalam sejarah.

    Ia terkenal kefasihannya. Sehingga ucapan-ucapannya mengandung nilai-nilai sastra Arab yang jernih dan tinggi. Baik dalam menciptakan peribahasa maupun hikmah. Ia juga mengutip dari redaksi Al Quran, dan hadits Rasulullah Saw, sehingga menambah benderang dan semerbak kata-katanya. Yang membuat dirinya berada di puncak kefasihan bahasa dan sastra Arab.

    Ia amat loyal terhadap pendidiknya, Nabi-nya, juga Rabb-nya. Serta berbuat baik kepada kerabatnya. Amat mementingkan isterinya yang pertama, Fathimah az Zahra. Dan ia selalu berusaha memberikan apa yang baik dan indah kepada orang yang ia senangi, kerabatnya atau kenalannya.

    Ali Bin Abu Thalib berpendirian teguh, sehingga menjadi tokoh yang namanya terpatri dalam sejarah. Tidak mundur dalam membela prinsip dan sikap. Sehingga banyak orang yang menuduhnya bodoh dalam politik, tipu daya bangsa Arab, dan dalam hal melembutkan sikap musuh, sehingga kesulitan menjadi berkurang. Namun, sebenarnya kemampuannya jauh di atas praduga yang tidak benar, karena ia tahu apa yang ia inginkan, dan menginginkan apa yang ia tahu. Sehingga, di samping kemanusiaannya, ia seakan-akan adalah sebuah gunung yang kokoh, yang mencengkeram bumi.

    Istri-istri Ali bin Abu Thalib

    Setelah Fathimah az Zahra wafat, Imam Ali menikahi Umamah bin Abi Al Ash bin Rabi' bin Abdul Uzza al Qurasyiyyah. Selanjutnya menikahi Umum Banin bini Haram bin Khalid bin Darim al Kulabiyah. Kemudian Laila binti Mas'ud an Nahsyaliyyah, ad Daarimiyyah dari Tamim. Berikutnya Asmaa binti 'Umais, yang sebelumnya merupakan isteri Ja'far bin Abi Thalib, dan selanjutnya menjadi isteri Abu Bakar (hingga ia meninggal), dan berikutnya menjadi isteri imam Ali. Selanjutnya ia menikahi Ummu Habib ash Shahbaa at Taghalbiyah. Kemudian, Khaulah binti Iyas bin Ja1far al Hanafiyyah. Selanjutnya Ummu Sa'd ats Tsaqafiyyah. Dan Mukhabba'ah bintih Imri'il Qais al Kulabiyyah.

    Menjadi Khalifah

    Ketika Ali bin Abu Thalib di angkat menjadi khalifah ke empat menggantikan Khalifah Ustman bin Affan, maka ia tidak pernah melakukan kecurangan ataupun penyelewengan dalam pemerintahannya. Ia tidak pernah melakukan korupsi ataupun memakan uang rakyat yang terdapat di "baitul maal." Namun Ia lebih memilih untuk bekerja sendiri ataupun menjual harta benda miliknya sendiri untuk mencukupi kehidupannya sehari-hari.

    Bahkan diceritakan bahwa Ia pernah pergi ke pasar untuk menawarkan pedangnya kepada orang-orang yang berada di sana sambil berkata,"Adakah di antara kalian yang akan membeli pedangku ini, karena hari ini aku sedang tidak mempunyai uang?" Kemudian orang-orang balik bertanya kepadanya,"Bukankah anda seorang Khalifah yang mempunyai uang banyak ya Amirul Mukminin?" Lalu Ali pun menjawab,"Kalau seandainya aku mempunyai uang empat dirham saja, tentu aku tidak akan menjual pedang kesayanganku ini."
    Pernah suatu ketika Ali bin Abu Thalib tengah menangis di mihrab Masjid Nabawi seraya berkata,"Wahai dunia, janganlah engkau berupaya memperdayai-ku Tetapi perdaya-lah orang-orang selain-ku. Sungguh aku telah menceraikanmu dari diriku dan jangan engkau kembali kepadaku!"

    Akhirnya lelaki yang dicintai Allah dan Rasul-NYA ini gugur sebagai syahid di dekat pintu masjid Kufah pada 17 Ramadhan 40 H, akibat di tikam dengan pedang beracun di bagian kening oleh Abdurrahman bin Muljam, ketika ia akan melaksanakan salat subuh berjamaah dengan kaum muslimin.

    Bagaimanapun sejarah telah mencatat Bahwa Sayyidina Ali Bin Abu Thalib KW adalah seorang laki-laki yang gagah berani, tangkas cerdas, dan dicintai Allah dan Rasul-Nya.

     

    KERJA KERAS, TEKUN, ULET DAN TELITI

    KERJA KERAS, TEKUN, ULET DAN TELITI
     
    Sebagai seorang muslim, kita harus senantiasa meneladani sifat Rasulullah saw., baik dalam urusan ubudiah maupun dalam urusan muamalab. Selain urusan ubudiah, beliau juga memberikan keteladanan dalam masalah muamalah atau keduniaan. Di antara sifat beliau yang perlu kita teladani dalam urusan keduniaan adalah kerja keras, tekun, ulet, dan teliti 
     
     
    Kerja keras adalah suatu sikap kerja yang penuh dengan motivasi (semangat) untuk mendapatkan apa yang dicita-citakan. Bekerja adalah kewajiban bagi setiap orang untuk memperoleh keberhasilan. Tanpa bekerja, manusia tidak akan pernah memperoleh apa yang diharapkan. Dengan bekerja keras, manusia telah melakukan suatu kewajiban. Sebagaimana firman Allah swt. Yang artinya: ‘Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu maka Allah dan rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang  Maha Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. At-Taubah: 105)
     
     
    Avat di atas memberikan dorongan kepada kita untuk berusaha dengan keras karena semua usaha kita akan diperhitungkan oleh Allah swt. Orang Islam dilarang untuk malas, berpangku tangan dan menunggu keajaiban datang menghampiri dirinya.
     
     
    Selain bekerja keras, kita juga perlu memiliki sifat tekun. Sifat tekun adalah sifat sungguh-sungguh dalam bekerja. Bersungguh-sungguh dalam berusaha merupakan modal untuk rnemperoleh kesuksesan. Begitu pula dalam hal belajar, kita harus penuh kesungguhan dan berbulat hati untuk mencapai apa yang kita cita-citakan. Dalam pepatah Arab dikatakan “Barang siapa bersungguh-sungguh, ia akan berhasil.”
     
     
    Kita memang harus selalu bekerja keras dan tekun. Kedua sifat ini akan lebih bagus lagi jika ditambah dengan sifat ulet. Ulet adalah sikap tekad hati yang tidak mudah putus asa. Kita dilarang untuk putus asa sebab putus asa adalah sikap orang kafir. Sebagaimana firman Allah swt. dalam Surat Yusuf Ayat 87 yang artinya “dan jangan kamu berputus asa dan rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dan rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” 
     
     
    Dalam belajar, terkadang kita mengalami kesulitan. Namun, kita tidak boleh lantas putus asa. Kita masih ingat kisah Ibnu Hajar yang sangat bodoh dan sulit menerima pelajaran. Dengan ketekunanannya, ia berhasil menjadi salah seorang ulama besar yang dikenang separijang masa. Ketekunan Ibnu Hajar itu perlu kita teladani. Kita harus selalu optimis dan yakin akan dapat memperoleh apa yang kita cita-citakan.
     
     
    Ketiga sifat di atas (kerja keras, tekun, dan ulet) apabila berada pada diri kita. akan menjadikan diri kita orang yang terampil dan mumpuni dalam bidang yang kita tekuni. Orang yang mempunyai kreativitas, terampil. dan berkemauan keras akan mengalami keberhasilan. Segala urusan yang kita lakukan akan dimintai pertanggungjawaban. Bekerja yang tidak didukung oleh pengetahuan dan keterampilan dapat menimbulkan bencana. Hal ini sesuai sabda Rasulullah saw. Yang artinva: “Jika sesuatu urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, tan ggulah kehancurannya.” (H.R.Bukhari)
     
     
    Selain ketiga sifat tersebut, sifat baik lainnya yang perlu dimiiliki adalah ketelitian. Teliti berarti cermat dan saksama. Teliti juga berarti hati-hati. Orang yang teliti adalah orang yang selalu cermat dan hati-hati dalam merencanakan hingga melakukan suatu pekerjaan. Orang yang tidak teliti adalah orang yang ceroboh dan mengerjakan sesuatu dengan semaunya sendiri.
     
     
    Ketelitian sangat diperlukan untuk suksesnya pekerjaan yang dilakukan. Suatu pekerjaan yang dilakukan dengan tergesa-gesa dan tidak hati-hati, hampir dapat dipastikan hasilnya tidak memuaskan,bahkan kebanyakan gagal. Ketelitian merupakan sikap positif yang harus dimiliki oleh seorang Muslim. Oleh karena itu, sikap mi termasuk dalam akhlak terpuji. Sedang tergesa-gesa dan ceroboh termasuk akhlak yang tercela.
     
     
    Sikap teliti diisyaratkan oleh Al-Qur’an, terutama ketika kita mendengar berita yang dibawa seorang yang fasik (tidak baik kelakuannya). Karena jika tidak teliti, akibat yang ditimbulkan akan menimpa orang banyak dan akan membawa penyesalan. Dalam hal ini Allah swt. Berfirman yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah den gan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa men getahui keadaannya yang men yebabkan kamu men yesal atas perbuatanmu itu.” (Q.S. al-Hujurãt (49): 6).
     
     
    Ketelitian dalam melakukan suatu pekerjaan dapat menjadi kunci untuk suksesnya pekerjaan tersebut. Seorang pengemudi mobil yang teliti akan selamat dalam mengemudikan mobilnya dan sampai pada tujuan yang direncanakan. Sebaliknya, seorang pengemudi yang tergesa-gesa, apalagi ceroboh, maka akan membahayakan dirinya dan juga membahayakan orang lain. Seorang siswa yang teliti dalam mengerjakan soal-soal ujian, maka ia akan mendapatkan hasil yang memuaskan, yakni nilai yang tinggi. Sebaiknya, siswa yang mengerj akan soal-soal ujian dengan tergesa-gesa biasanya hasilnya tidak memuaskan sehingga gagal.
     
     
    Bekerja keras, tekun, ulet dan teliti merupakan kunci keberhasilan din seseorang.Apabila ketiga sifat ini sudah kita miliki, kita akan memperoleh keuntungan atau manfaatnya. Di antara manfaat memiliki sifat-sifat itu adalah sebagai berikut.
     
     
    1. Kita akan bekerja dengan penuh keyakinan.
    2. Kita akan memperoleh hasil yang memuaskan.
    3. Pekerjaan kita dapat dipertanggungjawabkan secara profesional.
    4. Pintu keberhasilan menanti kita.
     
     
    Kita harus selalu mengingat bahwa Allah tidak mengubah nasib seseorang tanpa diiringi usaha dan orang itu sendiri. Sebagaimana firman Allah swt.yang artinya: “ .. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, tidak ada yang dapat menolaknya. Sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka, selain Dia. (Q.S. Ar-Ra’d: 11)

    Kisah Sahabat Nabi Umar Bin Khattab

    Mengenal Kisah Sahabat Nabi Umar Bin Khattab"Ya Allah...buatlah Islam ini kuat dengan masuknya salah satu dari kedua orang ini. Amr bin Hisham atau Umar bin Khattab." Salah satu dari doa Rasulullah pada saat Islam masih dalam tahap awal penyebaran dan masih lemah. Doa itu segera dikabulkan oleh Allah. Allah memilih Umar bin Khattab sebagai salah satu pilar kekuatan islam, sedangkan Amr bin Hisham meninggal sebagai Abu Jahal.

    Umar bin Khattab dilahirkan 12 tahun setelah kelahiran Rasulullah saw. Ayahnya bernama Khattab dan ibunya bernama Khatmah. Perawakannya tinggi besar dan tegap dengan otot-otot yang menonjol dari kaki dan tangannya, jenggot yang lebat dan berwajah tampan, serta warna kulitnya coklat kemerah-merahan.
    Beliau dibesarkan di dalam lingkungan Bani Adi, salah satu kaum dari suku Quraisy. Beliau merupakan  khalifah kedua didalam islam setelah Abu Bakar As Siddiq
    .
    Nasabnya adalah .Umar bin Khattab bin Nufail bin Abdul Uzza bin Riyah bin Abdullah bin Qarth bin Razah bin 'Adiy bin Ka'ab bin Lu'ay bin Ghalib. Nasab beliau bertemu dengan nasab Nabi pada kakeknya Ka'ab. Antara beliau dengan Nabi selisih 8 kakek. lbu beliau bernama Hantamah binti Hasyim bin al-Mughirah al-Makhzumiyah. Rasulullah memberi beliau "kun-yah" Abu Hafsh (bapak Hafsh) karena Hafshah adalah anaknya yang paling tua dan memberi "laqab" (julukan) Al Faruq.

    Sebelum masuk Islam, Umar bin Khattab dikenal sebagai seorang yang keras permusuhannya dengan kaum Muslimin, bertaklid kepada ajaran nenek moyangnya dan melakukan perbuatan-perbuatan jelek yang umumnya dilakukan kaum jahiliyah, namun tetap bisa menjaga harga diri. Beliau masuk Islam pada bulan Dzulhijah tahun ke-6 kenabian, tiga hari setelah Hamzah bin Abdul Muthalib masuk Islam.

    Ringkas cerita, pada suatu malam beliau datang ke Masjidil Haram secara sembunyi-sembunyi untuk mendengarkan bacaan shalat Nabi. Waktu itu Nabi membaca surat Al Haqqah. Umar bin Khattab kagum dengan susunan kalimatnya lantas berkata pada dirinya sendiri- "Demi Allah, ini adalah syair sebagaimana yang dikatakan kaum Quraisy." Kemudian beliau mendengar Rasulullah membaca ayat 40-41 (yang menyatakan bahwa Al Qur'an bukan syair), lantas beliau berkata, "Kalau begitu berarti dia itu dukun." Kemudian beliau mendengar bacaan Nabi ayat 42, (Yang menyatakan bahwa Al-Qur'an bukan perkataan dukun.) akhirnya beliau berkata, "Telah terbetik lslam di dalam hatiku." Akan tetapi karena kuatnya adat jahiliyah, fanatik buta, pengagungan terhadap agama nenek moyang, maka beliau tetap memusuhi Islam.

    Kemudian pada suatu hari, beliau keluar dengan menghunus pedangnya bermaksud membunuh Nabi. Dalam perjalanan, beliau bertemu dengan Nu`aim bin Abdullah al 'Adawi, seorang laki-laki dari Bani Zuhrah. Lekaki itu berkata kepada Umar bin Khattab, "Mau kemana wahai Umar?" Umar bin Khattab menjawab, "Aku ingin membunuh Muhammad." Lelaki tadi berkata, "Bagaimana kamu akan aman dari Bani Hasyim dan Bani Zuhrah, kalau kamu membunuh Muhammad?" Maka Umar menjawab, "Tidaklah aku melihatmu melainkan kamu telah meninggalkan agama nenek moyangmu." Tetapi lelaki tadi menimpali, "Maukah aku tunjukkan yang lebih mencengangkanmu, hai Umar? Sesuugguhnya adik perampuanmu dan iparmu telah meninggalkan agama yang kamu yakini."


    Kemudian dia bergegas mendatangi adiknya yang sedang belajar Al Qur'an, surat Thaha kepada Khabab bin al Arat. Tatkala mendengar Umar bin Khattab datang, maka Khabab bersembunyi. Umar bin Khattab masuk rumahnya dan menanyakan suara yang didengarnya. Kemudian adik perempuan Umar bin Khattab dan suaminya berkata, "Kami tidak sedang membicarakan apa-apa." Umar bin Khattab menimpali, "Sepertinya kalian telah keluar dari agama nenek moyang kalian." Iparnya menjawab, "wahai Umar, apa pendapatmu jika kebenaran itu bukan berada pada agamamu?"  Mendengar ungkapan tersebut Umar bin Khattab memukulnya hingga terluka dan berdarah, karena tetap saja saudaranya itu mempertahankan agama Islam yang dianutnya, Umar bin Khattab berputus asa dan menyesal melihat darah mengalir pada iparnya.


    Umar bin Khattab berkata, 'Berikan kitab yang ada pada kalian kepadaku, aku ingin membacanya.' Maka adik perempuannya berkata," Kamu itu kotor. Tidak boleh menyentuh kitab itu kecuali orang yang bersuci. Mandilah terlebih dahulu!" lantas Umar bin Khattab mandi dan mengambil kitab yang ada pada adik perempuannya. Ketika dia membaca surat Thaha, dia memuji dan muliakan isinya, kemudian minta ditunjukkan keberadaan Rasulullah.


    Tatkala Khabab mendengar perkataan Umar bin Khattab, dia muncul dari persembunyiannya dan berkata, "Aku akan beri kabar gembira kepadamu, wahai Umar! Aku berharap engkau adalah orang yang didoakan Rasulullah pada malam Kamis, 'Ya Allah, muliakan Islam.dengan Umar bin Khatthab atau Abu Jahl (Amru) bin Hisyam.' Waktu itu, Rasulullah berada di sebuah rumah di daerah Shafa." Umar bin Khattab mengambil pedangnya dan menuju rumah tersebut, kemudian mengetuk pintunya. 

    Ketika ada salah seorang melihat Umar bin Khattab datang dengan pedang terhunus dari celah pintu rumahnya, dikabarkannya kepada Rasulullah. Lantas mereka berkumpul. Hamzah bin Abdul Muthalib bertanya, "Ada apa kalian?" Mereka menjawab, 'Umar (datang)!" Hamzah bin Abdul Muthalib berkata, "Bukalah pintunya. Kalau dia menginginkan kebaikan, maka kita akan menerimanya, tetapi kalau menginginkan kejelekan, maka kita akan membunuhnya dengan pedangnya." Kemudian Nabi menemui Umar bin Khattab dan berkata kepadanya. "... Ya Allah, ini adalah Umar bin Khattab. Ya Allah, muliakan Islam dengan Umar bin Khattab." Dan dalam riwayat lain: "Ya Allah, kuatkanlah Islam dengan Umar."


    Seketika itu pula Umar bin Khattab bersyahadat, dan orang-orang yang berada di rumah tersebut bertakbir dengan keras. Menurut pengakuannya dia adalah orang yang ke-40 masuk Islam. Abdullah bin Mas'ud berkomentar, "Kami senantiasa berada dalam kejayaan semenjak Umar bin Khattab masuk Islam."

    Keislaman beliau telah memberikan andil besar bagi perkembangan dan kejayaan Islam. Beliau adalah pemimpin yang adil, bijaksana, tegas, disegani, dan selalu memperhatikan urusan kaum muslimin. Pemimpin yang menegakkan ketauhidan dan keimanan, merobohkan kesyirikan dan kekufuran, menghidupkan sunnah dan mematikan bid'ah. Beliau adalah orang yang paling baik dan paling berilmu tentang al-Kitab dan as-Sunnah setelah Abu Bakar As Siddiq.

    Kepemimpinan Umar bin Khattab tak seorangpun yang dapat meragukannya. Seorang tokoh besar setelah Rasulullah SAW dan Abu Bakar As Siddiq. Pada masa kepemimpinannya kekuasaan islam bertambah luas. Beliau berhasil menaklukkan Persia, Mesir, Syam, Irak, Burqah, Tripoli bagian barat, Azerbaijan, Jurjan, Basrah, Kufah dan Kairo.

    Dalam masa kepemimpinan sepuluh tahun Umar bin Khattab itulah, penaklukan-penaklukan penting dilakukan Islam. Tak lama sesudah Umar bin Khattab memegang tampuk kekuasaan sebagai khalifah, pasukan Islam menduduki Suriah dan Palestina, yang kala itu menjadi bagian Kekaisaran Byzantium. Dalam pertempuran Yarmuk (636), pasukan Islam berhasil memukul habis kekuatan Byzantium. Damaskus jatuh pada tahun itu juga, dan Darussalam menyerah dua tahun kemudian. Menjelang tahun 641, pasukan Islam telah menguasai seluruh Palestina dan Suriah, dan terus menerjang maju ke daerah yang kini bernama Turki. Tahun 639, pasukan Islam menyerbu Mesir yang juga saat itu di bawah kekuasaan Byzantium. Dalam tempo tiga tahun, penaklukan Mesir diselesaikan dengan sempurna.


    Penyerangan Islam terhadap Irak yang saat itu berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Persia telah mulai bahkan sebelum Umar bin Khattab naik jadi khalifah. Kunci kemenangan Islam terletak pada pertempuran Qadisiya tahun 637, terjadi di masa kekhalifahan Umar bin Khattab. Menjelang tahun 641, seseluruh Irak sudah berada di bawah pengawasan Islam. Dan bukan hanya itu, pasukan Islam bahkan menyerbu langsung Persia dan dalam pertempuran Nehavend (642), mereka secara menentukan mengalahkan sisa terakhir kekuatan Persia. Menjelang wafatnya Umar bin Khattab di tahun 644, sebagian besar daerah barat Iran sudah terkuasai sepenuhnya. Gerakan ini tidak berhenti tatkala Umar bin Khattab wafat. Di bagian timur mereka dengan cepat menaklukkan Persia dan bagian barat mereka mendesak terus dengan pasukan menyeberang Afrika Utara. 


    Selain pemberani, Umar bin Khattab juga seorang yang cerdas. Dalam masalah ilmu diriwayatkan oleh Al Hakim dan Thabrani dari Ibnu Mas’ud berkata, ”Seandainya ilmu Umar bin Khattab diletakkan pada tepi timbangan yang satu dan ilmu seluruh penghuni bumi diletakkan pada tepi timbangan yang lain, niscaya ilmu Umar bin Khattab lebih berat dibandingkan ilmu mereka. Mayoritas sahabatpun berpendapat bahwa Umar bin Khattab menguasai 9 dari 10 ilmu. 

    Dengan kecerdasannya beliau menelurkan konsep-konsep baru, seperti menghimpun Al Qur’an dalam bentuk mushaf, menetapkan tahun hijriyah sebagai kalender umat Islam, membentuk kas negara (Baitul Maal), menyatukan orang-orang yang melakukan sholat sunah tarawih dengan satu imam, menciptakan lembaga peradilan, membentuk lembaga perkantoran, membangun balai pengobatan, membangun tempat penginapan, memanfaatkan kapal laut untuk perdagangan, menetapkan hukuman cambuk bagi peminum "khamr" (minuman keras) sebanyak 80 kali cambuk, mencetak mata uang dirham, audit bagi para pejabat serta pegawai dan juga konsep yang lainnya.

    Namun dengan begitu beliau tidaklah menjadi congkak dan tinggi hati. Justru beliau seorang pemimpin yang zuhud lagi wara’. Beliau berusaha untuk mengetahui dan memenuhi kebutuhan rakyatnya. Dalam satu riwayat Qatadah berkata, ”Pada suatu hari Umar bin Khattab memakai jubah yang terbuat dari bulu domba yang sebagiannnya dipenuhi dengan tambalan dari kulit, padahal waktu itu beliau adalah seorang khalifah, sambil memikul jagung ia lantas berjalan mendatangi pasar untuk menjamu orang-orang.” Abdullah, puteranya berkata, ”Umar bin Khattab berkata, ”Seandainya ada anak kambing yang mati di tepian sungai Eufrat, maka umar merasa takut diminta pertanggung jawaban oleh Allah SWT.”

    Beliaulah yang lebih dahulu lapar dan yang paling terakhir kenyang, Beliau berjanji tidak akan makan minyak samin dan daging hingga seluruh kaum muslimin kenyang memakannya…

    Tidak diragukan lagi, khalifah Umar bin Khattab adalah seorang pemimpin yang arif, bijaksana dan adil dalam mengendalikan roda pemerintahan. Bahkan ia rela keluarganya hidup dalam serba kekurangan demi menjaga kepercayaan masyarakat kepadanya tentang pengelolaan kekayaan negara. Bahkan Umar bin Khattab sering terlambat salat Jum'at hanya menunggu bajunya kering, karena dia hanya mempunyai dua baju.
    Kebijaksanaan dan keadilan Umar bin Khattab ini dilandasi oleh kekuatirannya terhadap rasa tanggung jawabnya kepada Allah SWT. Sehingga jauh-jauh hari Umar bin Khattab sudah mempersiapkan penggantinya jika kelak dia wafat. Sebelum wafat, Umar berwasiat agar urusan khilafah dan pimpinan pemerintahan, dimusyawarahkan oleh enam orang yang telah mendapat ridha Nabi SAW. Mereka adalah Utsman bin Affan, Ali bin Abu Thalib, Thalhah bin Ubaidilah, Zubair binl Awwam, Sa'ad bin Abi Waqqash, dan Abdurrahman bin Auf. Umar menolak menetapkan salah seorang dari mereka, dengan berkata, aku tidak mau bertanggung jawab selagi hidup sesudah mati. Kalau AIlah menghendaki kebaikan bagi kalian, maka Allah akan melahirkannya atas kebaikan mereka (keenam orang itu) sebagaimana telah ditimbulkan kebaikan bagi kamu oleh Nabimu.


    Wafatnya Umar bin Khattab
    Pada hari Rabu bulan Dzulhijah tahun 23 H Umar Bin Kattab wafat, Beliau ditikam ketika sedang melakukan Shalat Subuh oleh seorang Majusi yang bernama Abu Lu’luah, budak milik al-Mughirah bin Syu’bah diduga ia mendapat perintah dari kalangan Majusi. Umar bin Khattab dimakamkan di samping Nabi saw dan Abu Bakar as Siddiq, beliau wafat dalam usia 63 tahun.
    Sumber : http://majlisdzikrullahpekojan.org