Kerugian Motor Tanpa Tutup Pentil

http://dangstars.blogspot.com/2014/10/kerugian-motor-tanpa-tutup-pentil.html

Banyak penggendara sepeda motor yang menyepelekan peran sebuah tutup pentil yang biasanya bertengger di roda depan dan belakang. Padahal, tutup pentil yang berukuran kecil itu kaya manfaat untuk sepeda motor yang kita gunakan.

Tak heran jika kemudian ada saja polisi yang melakukan tilang kepada pengendara motor lantaran tidak menjejali tutup pentil pada rodanya. Lantas apa sebenarnya manfaat tutup pentil pada ban motor?

Seperti ditulis Welovehonda, di dalam pentil, atau yang memiliki nama beken Valve Cap terdapat komponen kecil berupa sil berbahan karet, penonjok, dan per. Komponen-komponen inilah yang sejatinya wajib dilindungi oleh si penutup pentil.

Seperti diketahui, cara kerja masuk dan keluarnya angin ialah melalui penonjok pentil yang ditekan. Jika itu sudah dilakukan, angin pun akan mudah masuk dan keluar.

Namun, jika peran tutup pentil diabaikan, banyak kemungkinan jika udara bisa keluar secara tiba-tiba. Terlebih sifat jalan di ibu kota yang kerap dihantui batu, dan kerikil berukuran agak besar, tentu udara akan keluar sedikit demi sedikit, hingga akhirnya ban pun kempes.

Jika itu terjadi, risiko pun bakal kerap menghampiri. Seperti tarikan motor terasa lebih berat, lalu konsumsi BBM pun jadi lebih boros.

Yang lebih bahaya, ban kempes bisa membuat motor tidak stabil dan sulit untuk dikendalikan.

Video Polwan NTB Berjoget Lagu "Sakitnya Tuh di Sini" Dapat Acungan Jempol

http://dangstars.blogspot.com/2014/10/video-polwan-ntb-berjoget-lagu-sakitnya-tuh-di-sini-dapat-acungan-jempol.html

Video berisi para polisi wanita Kepolisian Daerah Nusa Tenggara Barat (NTB) bergoyang mengiringi lagu "Sakitnya Tuh di Sini" beredar di YouTube. Bahkan video tersebut diunggah di akun Facebook "Info Polda NTB".

Dalam video tersebut, beberapa polwan dan polisi laki-laki tampak bergoyang sambil bernyanyi lipsync lagu yang sedang populer, "Sakitnya Tuh di Sini". Latar belakang pengambilan adegan polwan berjoget itu diambil di beberapa tempat, termasuk di dalam mobil.

Dalam keterangan video itu disebutkan bahwa para polwan yang berjoget itu berdinas di Polda NTB. Mereka melakukan hal itu selama bertugas mengamankan pemilu. Namun, tak disebutkan pada pemilu tahun berapa.

"Lagu yang sedang hits ini (Sakitnya Tuh di Sini, red) tampaknya dapat mengurai ketegangan dari para aparat penegak hukum di Polda NTB selama operasi pengamanan pemilu berlangsung," demikian tulisan akun Facebook Info Polda NTB.

"Di sela-sela kegiatan patroli, para polwan cantik ini bergoyang dengan piawai mengikuti setiap irama lagu," lanjut tulisan tersebut.

Hingga berita ini ditayangkan, video hiburan itu telah mendapat 616 jempol alias like dan di-share sebanyak 439 kali. Video ini juga mendapat komentar beragam dari pengguna akun Facebook lainnya. Rata-rata mereka memuji aksi para polwan NTB ini.

"Mantaf....Jangan Lupa Tugasnya Loh dan jangan Lupa JANGAN SEKALI-KALI keluar dari POLRI," tulis pemilik akun Facebook, R Arya Seto Isa.

"Bikin versi lain juga dounk biar g stres dalam melaksanakan tugas," kata pemilik akun Facebook lainnya, Ariyansyah Donyok Zazg.

"Siipp, seorang polwan pun juga butuh santai sejenak lo,,itu pun perlu,, asal tidak lalai akn tugas aja," puji Dhil Dhil Melia Sukses.

Hingga berita ini diturunkan, Kompas.com sedang berusaha untuk mengonfirmasikan soal aksi para polwan ini ke pejabat Polda NTB.



Video Polwan NTB Berjoget Lagu "Sakitnya Tuh di Sini" Dapat Acungan Jempol (kompas)

Kompetisi CEO Challenge Yang Digelar XL

http://dangstars.blogspot.com/2014/10/kompetisi-ceo-challenge-yang-digelar-xl.html
PT XL Axiata, salah satu operator seluler terbesar di Indonesia ini tengah mencari Chief Executive Officer (CEO) baru. Telah ada 10 calon kandidat kuat untuk mengisi posisi pimpinan di XL. Namun jangan sampai salah dulu, CEO yang disebut ini merupakan suatu program XL untuk mencari pemimpin-pemimpin muda yang dihelat dalam suatu pertandingan yaitu CEO Challange.

Pertandingan ini diikuti oleh mahasiswa semua Indonesia. Akhirnya, sejumlah lebih kurang dua ribu mahasiswa mendaftar untuk ikuti pertandingan yang digelar XL ini.

Sesudah dikerjakan sebagian sistem seleksi yang mencakup seleksi administrasi, orisinalitas karya catat bersama video, sekarang ini sudah dipilih 10 orang peserta paling baik yang datang dari Univeristas-universitas terpenting di Indonesia meyakini UGM, UI, ITS, UNS, ITB bersama UNPAD.

Ke-10 orang peserta terbaik itu seterusnya bakal berkompetisi sampai tersisa 3 kandidat terbaik lewat seleksi interview yang dikerjakan oleh manajemen XL. Seterusnya 3 orang yang menjadi pemenang bakal memperoleh pengalaman bernilai jadi CEO XL bersama 2 direksi XL yang lain dalam menggerakkan tugasnya sepanjang 1 minggu penuh mulai tanggal 24-29 November 2014.

CEO/Presiden Direktur XL – Hasnul Suhaimi menyampaikan, banyak potensi tersimpan oleh generasi muda kita untuk menjadi calon-calon pemimpin di hari esok, mereka hanya perlu untuk diinspirasi bersama di beri peluang oleh kita bahwa setiap orang dapat menjadi pemimpin.

“Melalui program ini XL mau mengasah kekuatan bersama keberanian mereka untuk berpikir dan merasakan pengalaman bekerja jadi seseorang pemimpin, hingga menumbuhkan sifat-sifat kepemimpinan mereka, ” tutur Hasnul dalam launching yang di terima Okezone, Jumat (24/10/2014).

Program pencarian sosok pemuda paling baik yang berani terima tantangan mengikuti CEO XL menggerakkan tugasnya sepanjang 1 minggu ini yaitu program yang pertama kali di Indonesia. Program ini terbuka untuk beberapa mahasiswa umur 18-25 th. yang ikuti program diploma (D1, D2, D3), program sarjana (S1), atau terdaftar di Sekolah Tinggi di semua Indonesia dengan IPK minimum 2, 8.

Tiap-tiap peserta yang mendaftar mesti mengemukakan suatu esai singkat 500-750 ciri-ciri bersama kirim video yang diunggah di Youtube perihal “Mengapa Saya Memiliki hak Jadi CEO XL”. Pendaftaran berjalan 6 Mei-30 Juni 2014, selanjutnya pemenang bakal diumumkan di bln. November 2014 yang akan datang.


Foto by XL

Pengertian Tentang ARTI 1 MUHARRAM

http://dangstars.blogspot.com/2014/10/pengertian-tentang-arti-1-muharram.html
Apa Itu 1 Muharram?
Keterlaluan kalau kalian yang mengaku sebagai Muslim tapi nggak tau hari apa itu. Tapi ternyata faktanya memang begitu kok. Remaja muslim saat ini lebih akrab dengan hari-hari besar milik umat lain. 
Coba saja tanya ada apa pada tanggal 14 Februari? Pasti mereka pada berebut menjawab: hari itu adalah hari cinta, waktu bagi semua orang untuk mengungkapkan rasa cintanya …. Weleh weleh tuh kan! Atau tanya aja tentang April Mop atau Hallowen.


Pasti deh mereka udah pada hapal. Tapi untuk 1 Muharram? 

Mungkin tahu sih, tapi dijamin mereka nggak bakalan peduli dengan hari itu. 1 Muharram bagi mereka tak lebih dari suatu tanggal yang ada merahnya alias hari libur dimana mereka bisa nyantai seharian jalan-jalan keliling kota ama teman-teman atau ama pacar! Astaghfirullah.

Beda banget dengan tahun baru Masehi yang jatuh pada tanggal 1 Januari. Untuk hari itu kamu bela-belain begadang semalaman. Niup-niup terompet dan seabreg acara lainnya. Lalu besoknya kamu bangun kesiangan dan meninggalkan shalat subuh tanpa merasa berdosa sama sekali. Ini merupakan suatu bukti bahwa ghazwul Fikri alias perang pemikiran yang dilancarkan oleh musuh-musuh Islam telah berhasil. Umat Islam kini telah dicuci otaknya.


Coba aja minta pada yang remaja-remajanya untuk menyebutkan nama-nama bulan Hijriyah secara urut. Dijamin bakal sulit menemukan remaja yang bisa menjawab dengan benar, dan itu kini sudah menjadi makhluk langka yang hanya dapat ditemukan di habitat-habitat tertentu seperti madrasah dan pondok pesantren. Tapi coba minta sebutkan personel-personel WestLife, atau sebutkan urutan nama-nama zodiac…. udah di luar kepala ding.

Tapi belum terlambat! Suer, sama sekali belum terlambat untuk memperbaiki diri. Seiring dengan momen tahun baru Islam kali inilah saatnya kalian lebih care dengan Islam Momen tahun baru Islam kali ini harus benar-benar kita manfaatkan untuk melaksanakan yang namanya Hijrah. Hijrah dari kegelapan menuju terang benderang, cieee. 

Maksudnya kalian hijrah dari kehidupan yang tidak Islami menuju kepada kehidupan yang Islami mengikuti aturan-aturan Allah. Jadi kalian yang selama ini hidup dalam maksiat seperti pacaran, nyontek, suka ngegosip dan ngejahilin teman, maka dengan momentum hijrah ini harus berubahhhhh! Kalian udah mesti ikut memperjuangkan islam. Dan juga mesti mau berda’wah.

Tapi bukan berarti lho karena mau memasyarakatkan tahun baru Islam, kalian malah niru-niru cara kaum kafir dalam bertaun-baruan, rame-rame turun ke jalan, begadang semalaman nip-niup terompet atau karena mau bedaan sedikit malam itu kamu ganti dengan rame-rame niup seruling atau saksofon atau mukul-mukul bedug di tengah malam. Itu namanya tasyabbuh dan dilarang oleh agama. Kita cukup pada malam itu melakukan introspeksi diri atau bermuhasabah, serta merenungkan arti hijrah itu sendiri.

Dan kalau kita tengok ke belakang ternyata peristiwa hijrah yang dijadikan awal penanggalan Hijriyah ini ternyata mempunyai makna yang amat mendalam. Dari sinilah ternyata tonggak sejarah umat Islam dan bahkan umat seluruh dunia ditentukan. Betapa tidak coba? Keberlangsungan risalah Islam ditentukan hidup matinya pada malam itu.

Di malam yang sepi ketika dua sosok manusia mengendap-endap meninggalkan kota Mekkah. Sementara pasukan multinasional Quraisy dikerahkan berjaga-jaga di depan rumahnya. Lalu ketika dua ‘buronan kelas kakap’ yang tak lain junjungan kita Rasulullah beserta sahabatnya Abu Bakar itu ternyata tanpa diketahui telah lolos, maka seluruh pelosok Mekkah diperiksa.


Kemudian pada saat yang mendebarkan dimana tempat persembunyian Rasulullah dan Abu Bakar di Gua Tsur telah ditemukan, di saat Rasulullah berkata menghibur sahabatnya “Laa Takhaf wa laa tahzan innallaha ma’ana” jangan takut dan jangan bersedih hati, sesungguhnya Allah beserta kita. Dan di saat itulah Allah menurunkan pertolongannya berupa mu’jizat yang membuat kaum kafir itu tidak dapat menemukan mereka. Kebayang nggak sih serunya?

Dan hijrah rasul itu bukanlah perjalanan biasa, perjalanan yang ditempuh Rasul saat itu amat berat. Dan beban batin yang dibawa rasul juga amatlah berat, sampai-sampai beliau berkata ketika meninggalkan Mekkah “Aku cinta kepadamu hai kota Mekkah, tempat aku dilahirkan. Namun apalah hendak dikata, aku diusir oleh penduduk negerimu sendiri” betapa tidak, kota yang menjadi kota impian saat itu bagi semua orang untuk menempatinya. Tapi Rasulullah beserta sahabat-sahabatnya justru meninggalkannya.

Tapi bumi Allah itu luas cing, ketika di Mekkah mereka disakiti dicaci dihina, Islam dihalang-halangi, pemeluknya dikejar-kejar untuk dibunuh. Tapi berbeda 1800 dengan yang mereka alami di Madinah. Disitu mereka malah disambut oleh penduduknya dengan sukacita. Nah, mulai dari sinilah Rasulullah lalu membangun yang namanya masyarakat Islam (baca: negara Islam). Dimana cahayanya menyebar ke seluruh pelosok dunia.

Maka sebab-sebab itulah yang menjadi alasan Khalifah Umar bin Khattab ketika menentukan awal kalender umat Islam ogah memakai Hari Lahir Rasul atau hari-hari kemenangan Rasul sebagai penentuan awal Tahun. 

Karena momentum yang paling bersejarah umat Islam justru terdapat pada peristiwa Hijrah Rasul, sebuah peristiwa perjuangan yang penuh optimisme. Maksudnya supaya ketika setiap muslim membuka lembaran kalender atau menyongsong hari esok, dapat menyongsongnya dengan perjuangan penuh optimisme.

Pengertian Tentang ARTI 1 MUHARRAM
( Pakderisasi)

Keutamaan Bulan Muharram

Keutamaan Bulan Muharram
 Bulan Dzulhijjah sudah kita lalui yang juga merupakan penghujung tahun 1435 H. 

Hari ini kita memasuki bulan Muharam, yang juga menandai pergantian tahun dari 1435 H menuju 1436 H.

Momentum Muharram sungguh sangat berharga untuk kita lewatkan, olehnya mari kita sejenak mengkaji Keutamaan Bulan Muharram yang disebutkan dalam Al-Quran maupun Al-Hadits.

Diantara keuatamaan bulan Muharram adalah:


(1) Bulan Muharam merupakan salah satu "Bulan Haram".

Allah SWT berfirman :

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ

Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, (QS. At-Taubah : 36)

Dalam ayat di atas disebutkan bahwa ada dua belas : mulai dari bulan Muharam yang insya Allah akan tiba besuk malam, hingga bulan Dzulhijjah. Diantara dua belas bulan itu ada empat bulan haram yaitu bulan Zulkaidah, Zulhijjah, Muharram dan Rajab.

Ashurul haram (bulan haram), termasuk bulan Muharam ini adalah bulan yang dimuliakan Allah SWT. Bulan-bulan itu memiliki kesucian, dan karenanya menjadi bulan pilihan. Diantara bentuk kesucian dan kemuliaan bulan-bulan itu adalah kaum muslimin dilarang berperang, kecuali terpaksa; jika diserang oleh kaum kafir. Kaum muslimin juga diingatkan agar lebih menjauhi perbuatan aniaya pada bulan itu.

Dalam menafsirkan ayat ini, Imam At-Thabari dalam Tafsirnya mengutip atsar dari Ibnu Abbas r.a. : "Allah menjadikan bulan-bulan ini sebagai bulan-bulan suci, mengagungkan kehormatannya dan menjadikan dosa yang dilakukan pada bulan ini menjadi lebih besar dan menjadikan amal shalih pada bulan ini juga lebih besar."

(2) Keutamaan kedua dari bulan Muharam adalah nilai historis bulan ini sebagai "Bulan Hijrah".

Yang seharusnya kaum muslimin mengambil semangat hijrah itu dalam kehidupannya.

Sungguh, hijrah merupakan perjuangan monumental yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Mereka rela meninggalkan segala harta, termasuk rumah dan perabotnya, menuju Yatsrib yang kemudian dikenal sebagai Madinah. Mereka rela meninggalkan tanah air menuju tanah yang tidak jelas peluang bisnis maupun ladang pekerjaan di sana. Bahkan lebih dari itu, dengan hijrah tidak sedikit para sahabat yang mempertaruhkan nyawa mereka. Termasuk Rasulullah SAW dan Abu Bakar, yang dikejar dan diburu hidup atau mati.

Tanpa hijrah, mungkin tidak ada peradaban Islam yang dimulai Rasulullah dari Madinah. Tanpa hijrah, mungkin tidak akan ada kemenangan demi kemenangan yang diraih Rasulullah dan para sahabatnya hingga mampu memfutuhkan Makkah dan menyebarkan Islam ke seluruh jazirah Arab. Hingga sekarang Islam dipeluk oleh lebih dari 1,2 milyar penduduk bumi.

Karena itulah, ketika Umar bin Khatab hendak menentukan tahun baru Islam, beliau memilih Muharam sebagai bulan pertama. Hijrah yang diambil sebagai titik tolak peradaban Islam. Maka kalender Islam pun disebut sebagai kalender hijriyah.

Lalu bagaimana kita mengambil ibrah dari peristiwa hijrah yang terjadi pada bulan Muharam 1433 tahun yang lalu? Sedangkan Rasulullah telah mensabdakan,

لاَ هِجْرَةَ بَعْدَ الْفَتْحِ

Tidak ada hijrah setelah futuhnya Makkah (HR. Bukhari)

Perlu diketahui, bahwa maksud hadits Rasulullah SAW itu adalah, tidak lagi wajib hijrah dari Makkah ke Madinah setelah futuhnya Makkah. Karena tidak ada kewajiban untuk hijrah dari negeri Muslim.

Hijrah yang dituntut Islam bagi ummatnya adalah hijrah maknawi, semangat hijrah seperti sabda Rasulullah SAW:

الْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ

"Muhajir adalah orang yang meninggalkan segala larangan Allah." (HR. Bukhari)

Inilah hakikat hijrah, inilah semangat hijrah, dan inilah kesempatan bagi setiap muslim: hijrah adalah meninggalkan larangan Allah SWT. Maka ketika kita berusaha beralih dari kemaksiatan menuju ketaatan, itu adalah hijrah. Ketika kita berusaha meninggalkan kezaliman menuju keadilan, itu adalah hijrah. Ketika kita berusaha mengubah hidup kita dari kejelekan menjadi kebaikan, itu adalah hijrah.

(3) Kemuliaan ketiga dari bulan Muharam adalah, disunnahkannya "Puasa Tasu'a dan Ayura" pada bulan itu.

Bahkan puasa tasu'a dan asyura serta puasa sunnah lainnya (senin kamis, ayamul bidh, puasa daud), nilainya menjadi puasa yang paling mulia setelah Ramadhan.

Rasulullah SAW bersabda :

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ

Puasa yang paling mulia setelah puasa Ramadhan adalah (berpuasa) di bulan Allah, Muharam. (HR. Muslim)

Secara khusus, Rasulullah SAW menyebutkan keutamaan puasa asyura dalam sabdanya :

سُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَقَالَ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ

Rasulullah ditanya mengenai puasa asyura, beliau menjawab, "ia bisa menghapus dosa setahun yang lalu." (HR. Muslim)

Sedangkan mengenai puasa tasu'a, Rasulullah berazam untuk menjalankannya, meskipun beliau tidak sempat menunaikan karena wafat sebelum Muharam tiba. Lalu para sahabatnya menjalankan puasa tasu'a seperti keinginan Rasulullah SAW :

إذا كان العام المقبل صمنا يوم التاسع

Apabila tahun depan (kita masih diberi umur panjang), kita akan berpuasa pada hari tasu'a (kesemblan). (HR. As-Suyuthi dari Ibnu Abbas, dishahihkan Al Albani dalam Shahihul Jami')

Demikian sebagian dari keutamaan bulan Muharam, semoga kita dimudahkan Allah SWT untuk mengambil ibrah dan menggapai keutamaan itu.

Selamat Menyambut Tahun Baru Islam 1436 H

Keutamaan Bulan Muharram
*berbagai sumber

MRF sets up retreading factory in Salalah

http://dangstars.blogspot.com/2014/10/mrf-sets-up-retreading-factory-in-salalah.html
An undisputed leader in tyre making in India, MRF (Madras Rubber Factory) chose Salalah the best location for a retreading factory in Oman. The factory opened yesterday under the auspices of Abdullah bin Salim Mahad al Rawas, Head of Oman Chamber of Commerce (OCCI) branch in the Governorate of Dhofar.

With an initial production capacity of 1,500 tyres for 10-tonne and above trucks and tractors, the factory has expandable capacity of more than 3,000 tyres per month. With this Oman now has nine retreading factories of different brands.

A technical and sales delegation of MRF comprising Imbraj, Senior Manager Export Sales; P Bakhthavathsalam, Assistant Manager Technical; and Prakash Hulji of MRF's Dubai branch, came to Salalah to mark the launch of the factory.

The factory will work under Al Aetifaq United Trading & Contracting Co LLC having its partners Dr Anwar Mohammed Abdul Aziz al Rawas (Chairman), Shaikh Salim Abdullah Salim al Rawas (Dy Chairman), Manpreet Singh (CEO and Managing Director), Khalid Abdullah al Rawas (Director) and Preetinder Kaur (Director).

Terming this to be a landmark occasion for MRF's retreaded tyres in Oman, Imbraj listed many benefits of retreaded tyres in terms of cost cutting, environment protection and safety without any compromise with quality.

"New tyre is new tyre. We do not compare retreaded tyre with a new tyre. But what we are offering here is 85 per cent mileage, which is only 15 per cent less than the new one, and these tyres are available only at 25 or 30 per cent price of a new tyre," he said while commenting on economic value of the product.

Moreover, about 22 gallons of petroleum product is used in making one new tyre. This can easily be curtailed by going for retreaded tyres. "There may not be crisis of petroleum products in oil producing, still lot of oil can be saved and a country can create favourable balance of trade importing less number of tyres," he said.

Commenting on global practice and reliability of retreaded tyres, Imbraj said: "Retreaded tyres are used worldwide in countries like USA, UK, Australia, Malaysia, India etc. Retreaded tyres are even used in aircrafts like Emirates Airline, Etihad etc and they are legally approved worldwide. Retread factories in Oman follow GCC standards and have its license issued by Industrial City, Chamber of Commerce and Municipality."

Retreading is a process that provides tyres with a second life by giving a new tread to a worn tyre. The worn tread is buffed away and a new tread is bonded to the tyre casing. The techniques are similar to the manufacturing of a new tyre ie bonding a new tread through the application of heat and pressure for a predetermined time.

Commenting on its environmental aspect, Imbraj said: "Retreads are environment friendly. Retreading is a recycling process and in one way helps preserve and sustain our environment.

Tyres are basically petro-chemical products. It takes approximately 22 gallons of oil to manufacture one new truck tyre. Most of the oil is found in the casing, which is reused in the retreading process. As a result, it takes only approximately 7 gallons of oil to produce a retread.

Wide based truck tires save even more fuel. A medium-sized fleet using only 500 tyres a year would therefore help save more than 27,500 liters of oil annually. In addition, the disposal of casings in landfills is considerably reduced. So retreads are in fact recycled tyres that conserve oil and make a positive contribution to sustainable development."

The MRF delegation assured about the safety of the retreaded tyres and said: "Retreaded tyres are manufactured to high standards, using highly sophisticated machinery.

There is no doubt that professionally-made retreads are as safe as new tyres. With lower production costs than new tyres, retreads have a purchase price that is normally between 25 per cent and 50 per cent lower than comparable new tyres. By using retreads you will get virtually new performance for around less than half the cost."

The delegation members lauded Salalah's strategic location for trade and business and said: "With Port of Salalah's (PoS) extensive network and logistic facilities, Salalah's stores immense trade and business potential."

© Oman Daily Observer 2014

MRF sets up retreading factory in Salalah

Continental helps open retreader start-up

http://dangstars.blogspot.com/2014/10/continental-helps-open-retreader-start-up.html
The first all-new ContiTread retreading plant has been opened by a tire-industry veteran working in partnership with the commercial vehicle tire business unit of Continental Tire the America’s. Housed in a new 72,000 sq. ft. building, DLS Retreading Inc. will eventually have the capacity to produce up to 250 retreaded truck tires with Continental’s flat procure tread process, according to VP and GM Scott Snyder.


In addition to its retreading operation, DLS will offer new truck tires and 24-hr. emergency road service within a 40-mi. radius of its South Carolina headquarters, Snyder said, who has over 25 years experience in the truck tire and retreading industry. The new company represents a $2.5 million capital investment and will eventually employ at least 50 people, he said.


Continental’s contributions to the start-up included capital for its initial development and the company will provide engineering, marketing and sales support on an on-going basis, according to Paul Williams, Continental’s executive VP for truck tires. The partnership combines the tire maker’s financial and technical resources with DLS’ local market knowledge and relationships, he told Fleet Owner.


Establishing an independent green-field retreading operation would have been nearly impossible without the manufacturer’s support, Williams said, adding that Continental would also consider aiding other start-ups in regions where would improve support to its truck customers. Currently there are ten established operations offering ContiTread retreads.


“Continental is a top- tier truck tire, and everyone wants to try their solution of new tires with matching retreads. Now we’re here to help prove to these local fleets, with Continental’s support, that Continental is an excellent choice for their lifecycle needs,” Snyder said.


Ferlex Chamber Installation

A business relationship starting with our first unit of Ferlex chamber sold in year 1989 to KAYEL Rubber – Prai, Malaysia. This is the starting point of our business fundamental partnering with Ferlex in chamber industry for over two decades. Ferlex in Brazil has managed to achieve an international level of technology in retread sector.

Since year 1989 the first unit of Ferlex chamber sold into Malaysia, now we have been selling more than 100 units of chamber in Asia. Our customers are from several countries, such as Australia, Cambodia, China, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Singapore, Sri Lanka, Taiwan, Thailand, Vietnam, Yemen, and etc.

In the beginning of the first few years, we faced difficulties along this challenging path, especially in Yemen and Taiwan. At first, customers do not recognize our chamber. After a long time, through our extensive and meticulous work in persuading customers to purchase our chamber, finally customers bought and now are satisfy with our service in improving their quality of products. Now, there are six customers with more than three units of Ferlex Chamber, and one customer with ten units of Ferlex Chambers.

With Ferlex continuous improvement in design and quality, and our focusing on comprehensive services that including training provides, we believe that we can serve our valued customers in the most effective way. As we do believe “Good customer service is all about bringing customers back”.

We believed with the philosophy of stringent quality standards, together we embark to the next 100 units of chamber, and moving forward a sustainable long-term success distributorship. Our team is always ready to serve you with regards to your needs.

 Our 1st unit of Ferlex Chamber in different countries:
http://dangstars.blogspot.com/2014/10/ferlex-chamber-installation.html





1st Chamber in Malaysia, 1989

KAYEL RUBBER PRODUCTS S/B

The first two units of Ferlex 10-tyre electrical chamberwas purchased by Kayel Rubber in November 1989, each capable of tyre size ranging from 15″-22.5″.





1st Chamber in Indonesia, 1990

MITRA JAYA VULKANISIR BAN

Mitra Jaya started their retreading business in 1990 in Jakarta, Indonesia. They purchased their first Ferlex 10-tyre electric chamber from Kayel Rubber in 1990.



1st Chamber in Thailand, 1999
SAHASAINEUR LORYANG LTD PART

Sahasaineur started their retreading business in 1992 in Chiang Mai, Thailand. They were the first customer in Thailand to purchase Ferlex 6-tyre chamber.



1st Chamber in Laos, 2000

MOUANE SONE NINHOM CO LTD


Established in year 2000. Mouson purchased their first 6-tyre Ferlex chamber from Newera in year 2000.





1st Chamber in China, 2000

PUTIAN SHI ZHEN XING MAO YI

In November 2000, Putian Shi Zhen Xing Mao Yi purchased their first 6-tyre Ferlex chamber from Newera for their retreading factory.



http://dangstars.blogspot.com/2014/10/ferlex-chamber-installation.html1st Chamber in Sri Lanka, 2000

MAHAJANA RETREADS LTD

In August 2000, Mahajana bought their first 6-tyre Ferlex chamber from Newera. They were able to produce an estimate of 200 tyres per month.


1st Chamber in Singapore, 2001

ZEN TYRES PTE LTD


Zen Tyres started their factory in Johor in 2001 with an initial investment of 12-tyre Ferlex chamber from Newera. In end of year 2002, the factory was relocated to Singapore.







http://dangstars.blogspot.com/2014/10/ferlex-chamber-installation.html1st Chamber in Myanmar, 2002

BRIDGEMAN PTE LTD

Located in Myanmar, Bridgeman invested a 12-tyre Ferlex chamber in 2002 to retread tyres with the precure retreading system.


1st Chamber in Australia, 2003
ARCTIC COOL TREADS PTE LTD

Located in Australia, Artic Cool Treads purchased their first 23-tyre Ferlex chamber from Newera in year 2003.




http://dangstars.blogspot.com/2014/10/ferlex-chamber-installation.html1st Chamber in Cambodia, 2004

TIGARODA (CAMBODIA) CO., LTD

Tigaroda at Cambodia decided to invest a 22-tyre Ferlex chamber during year 2004 for their retreading production.



1st Chamber in Vietnam, 2005

KIM 8000 CO PTE LTD

Kim 8000 factory was set-up in early 2006 with a complete set of retreading equipment and facilities from Newera, including a 12-tyre Ferlex chamber in Vietnam.


http://dangstars.blogspot.com/2014/10/ferlex-chamber-installation.html1st Chamber in Yemen, 2006
SANA’S FACTORY



In April 2006, Sana started their factory operation with a complete set of retreading equipment and facilities including a Ferlex 12-tyre chamber purchased from Newera.





 2nd Chamber in Yemen, 2008

ALMAWARY

Located in Yemen, first time purchased a 16-tyre Ferlex chamber from Newera to retread tyres.



http://dangstars.blogspot.com/2014/10/ferlex-chamber-installation.html1st Chamber in Taiwan, 2012
TAIWAN WONTYRE INCORPORATED
Wontyre started their retreading business more than 20 years. In order to increase the quantity and improve quality of product; Wontyre purchased their first Ferlex 22-tyre chamber from Newera in 2012.





Ferlex Chamber Installation (NEWERA)

Keutamaan Puasa Asyura dan Sejarahnya

Apa saja keutamaan puasa Asyura dan bagaimanakah sejarahnya?
Sejarah Puasa Asyura

‘Asyura adalah hari kesepuluh pada bulan Muharrom. Dia adalah hari yang mulia. Menyimpan sejarah yang mendalam, tak bisa dilupakan.

Ibnu Abbas berkata: “Nabi tiba di Madinah dan dia mendapati orang-orang Yahudi sedang berpuasa A’syuro. Nabi bertanya: “Puasa apa ini?” Mereka menjawab: “Hari ini adalah hari yang baik, hari dimana Allah telah menyelamatkan Bani Israil dari kejaran musuhnya, maka Musa berpuasa sebagai rasa syukurnya kepada Allah. Dan kami-pun ikut berpuasa. Nabi berkata: “Kami lebih berhak terhadap Musa daripada kalian”. Akhirnya Nabi berpuasa dan memerintahkan manusia untuk berpuasa.
Nabi dalam berpuasa ‘Asyura mengalami empat fase;

Fase pertama: Beliau berpuasa di Mekkah dan tidak memerintahkan manusia untuk berpuasa.

Aisyah menuturkan: “Dahulu orang Quraisy berpuasa A’syuro pada masa jahiliyyah. Dan Nabi-pun berpuasa ‘Asyura pada masa jahiliyyah. Tatkala beliau hijrah ke Madinah, beliau tetap puasa ‘Asyura dan memerintahkan manusia juga untuk berpuasa. Ketika puasa Ramadhon telah diwajibkan, beliau berkata: “Bagi yang hendak puasa silakan, bagi yang tidak puasa, juga tidak mengapa”.

Fase kedua: Tatkala beliau datang di Madinah dan mengetahui bahwa orang Yahudi puasa ‘Asyura, beliau juga berpuasa dan memerintahkan manusia agar puasa. Sebagaimana keterangan Ibnu Abbas di muka. Bahkan Rasulullah menguatkan perintahnya dan sangat menganjurkan sekali, sampai-sampai para sahabat melatih anak-anak mereka untuk puasa ‘Asyura.

Fase ketiga: Setelah diturunkannya kewajiban puasa Ramadhon, beliau tidak lagi memerintahkan para sahabatnya untuk berpuasa A’syuro, dan juga tidak melarang, dan membiarkan perkaranya menjadi sunnah sebagaimana hadits Aisyah yang telah lalu.

Fase keempat: Pada akhir hayatnya, Nabi bertekad untuk tidak hanya puasa pada hari A’syuro saja, namun juga menyertakan hari tanggal 9 A’syuro agar berbeda dengan puasanya orang Yahudi.

Ibnu Abbas berkata: “Ketika Nabi puasa A’syuro dan beliau juga memerintahkan para sahabatnya untuk berpuasa. Para sahabat berkata: “Wahai Rasululloh, hari Asyura adalah hari yang diagungkan oleh Yahudi dan Nashoro!! Maka Rasululloh berkata: “Kalau begitu, tahun depan Insya Allah kita puasa bersama tanggal sembelilannya juga”. Ibnu Abbas berkata: “Belum sampai tahun depan, beliau sudah wafat terlebih dahulu”.
Keutamaan Puasa Asyura

Hari ‘Asyura adalah hari yang mulia, kedudukannya sangat agung. Ada keutamaan yang sangat besar.

Imam al-Izz bin Abdus Salam berkata: “Keutamaan waktu dan tempat ada dua bentuk; Bentuk pertama adalah bersifat duniawi dan bentuk kedua adalah bersifat agama. Keutamaan yang bersifat agama adalah kembali pada kemurahan Allah untuk para hambanya dengan cara melebihkan pahala bagi yang beramal. Seperti keutamaan puasa Ramadhon atas seluruh puasa pada bulan yang lain, demikian pula seperti hari ‘Asyura. Keutamaan ini kembali pada kemurahan dan kebaikan Allah bagi para hambanya di dalam waktu dan tempat tersebut”. Diantara keutamaan puasa ‘Asyura adalah;

1- Menghapus dosa satu tahun yang lalu

Rasululloh bersabda:

صِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ

Puasa ‘Asyura aku memohon kepada Allah agar dapat menghapus dosa setahun yang lalu.

Imam an-Nawawi berkata: “Keutamaannya menghapus semua dosa-dosa kecil. Atau boleh dikatakan menghapus seluruh dosa kecuali dosa besar”.

2- Nabi sangat bersemangat untuk berpuasa pada hari itu

Ibnu Abbas berkata:

مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَرَّى صِيَامَ يَوْمٍ فَضَّلَهُ عَلَى غَيْرِهِ إِلاَّ هَذَا الْيَوْمَ: يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَهَذَا الشَّهْرَ يَعْنِي شَهْرَ رَمَضَانَ

Aku tidak pernah melihat Nabi benar-benar perhatian dan menyengaja untuk puasa yang ada keutamaannya daripada puasa pada hari ini, hari ‘Asyura dan puasa bulan Ramadhon.

3- Hari dimana Allah menyelamatkan Bani Isroil

Ibnu Abbas berkata: “Nabi tiba di Madinah dan dia mendapati orang-orang Yahudi sedang berpuasa A’syuro. Nabi bertanya: “Puasa apa ini?” Mereka menjawab: “Hari ini adalah hari yang baik, hari dimana Allah telah menyelamatkan Bani Israil dari kejaran musuhnya, maka Musa berpuasa sebagai rasa syukurnya kepada Allah. Dan kami-pun ikut berpuasa. Nabi berkata: “Kami lebih berhak terhadap Musa daripada kalian”. Akhirnya Nabi berpuasa dan memerintahkan manusia untuk berpuasa juga”.

4- Puasa ‘Asyura dahulu diwajibkan

Dahulu puasa ‘Asyura diwajibkan sebelum turunnya kewajiban puasa Ramadhan. Hal ini menujukkan keutamaan puasa ‘Asyura pada awal perkaranya.

Ibnu Umar berkata: “Nabi dahulu puasa ‘Asyura dan memerintahkan manusia agar berpuasa pula. Ketika turun kewajiban puasa Ramadhan, puasa ‘Asyura ditinggalkan”.

5- Jatuh pada bulan haram

Nabi bersabda:

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ

Puasa yang paling afdhol setelah puasa Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah al-Muharrom.

Semoga kita diberi kemudahan untuk melaksanakan puasa Asyura. Hanya Allah yang memberi taufik dan hidayah.


[1] Syarah Shahih Muslim 8/12, Fathul Bari, Ibnu Hajar 4/671, Mukhtashor Shahih Muslim, al-Mundziri hal.163-Tahqiq al-Albani, al-Mughni 4/441, Subulus Salam, as-Shon’ani 2/671

[2] HR.Bukhari: 2004, Muslim: 1130

[3] Lathoiful Ma’arif hal.102-107

[4] HR.Bukhari: 2002, Muslim: 1125

[5] Bahkan para ulama telah sepakat bahwa puasa ‘Asyura sekarang hukumnya sunnah tidak wajib. Ijma’at Ibnu Abdil Barr 2/798, Abdullah Mubarak Al Saif, Shahih Targhib wa Tarhib, al-Albani 1/438, Tuhfatul Ahwadzi, Mubarak Fury 3/524, Aunul Ma’bud, Syaroful Haq Azhim Abadi 7/121

[6] HR.Muslim: 1134

[7] Qowaid al-Ahkam, al-‘Izz bin Abdis Salam 1/38, Fadhlu ‘Asyura wa Syahrulloh al-Muharrom, Muhammad as-Sholih hal.3

[8] HR.Muslim: 1162

[9] Majmu’ Syarah al-Muhadzzab, an-Nawawi 6/279

[10] HR.Bukhari: 2006, Muslim: 1132

[11] HR.Bukhari: 2004, Muslim: 1130

[12] HR.Bukhari: 1892, Muslim: 1126

[13] HR.Muslim: 1163



Penulis: Ustadz Syahrul Fatwa bin Luqman (Penulis Majalah Al Furqon Gresik)

Benarkah Muharram Bulan Sial?

http://dangstars.blogspot.com/2014/10/benarkah-muharram-bulan-sial.html
Mitos Seputar Bulan Muharram

Sudah menjadi ‘keyakinan’ bagi sebagian masyarakat Indonesia –Jawa khususnya– bahwa bulan Muharram -atau bulan Suro dalam istilah Jawa- adalah bulan keramat. Pada tanggal-tanggal tertentu mereka menghentikan aktivitas–aktivitas yang bersifat hajatan besar, menghindari perjalanan jauh, sebab hari itu mereka anggap sebagai hari naas atau sial.

Bulan itu juga mereka takuti bagi pasangan yang hendak merencanakan pernikahan. Oleh karenanya mereka sangat menghindarinya dan memilih pernikahan dilaksanakan pada bulan-bulan lain. Pasalnya, -menurut klaim mereka- pernikahan yang dilangsungkan pada bulan Muharram kerap mendatangkan sial bagi pasangan, seperti perceraian, kematian, tidak harmonis, dililit utang, dsb. Budaya ini sudah mengakar sebagai warisan nenek moyang kita. Kami tidak tahu secara pasti ini dari mana sumbernya, tetapi mungkin saja sebagai pengaruh asimilasi budaya Hindu dan Islam yang ketika berbaur memunculkan isme baru yaitu paham kejawen.

Mitos Bulan Suro dalam Timbangan

Sejatinya, mitos tersebut di atas tidak dibenarkan dalam ajaran Islam. Batilnya mitos itu minimal bisa dipandang dari tiga tinjauan; tinjauan syariat Islam, sejarah dan sisi rasional.

1. Tinjauan Syariat

Dari segi syariat, bulan Muharram adalah bulan yang mulia dan termasuk dalam golongan 4 bulan istimewa yang diharamkan Allah.

Disunnahkan untuk memperbanyak puasa di bulan ini. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu’alaihiwasallam,

“أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللهِ الْمُحَرَّمُ، وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيْضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ”.

“Puasa yang paling utama setelah bulan Ramadhan adalah bulan Allah; Muharram. Dan shalat paling utama sesudah shalat fardhu adalah shalat malam”. HR. Ahmad dan Muslim dari Abu Hurairah.

Terlebih lagi berpuasa di tanggal sepuluh dari bulan ini, ditambah dengan tanggal sembilan atau sebelas. Rasulullah shallallahu’laihiwasallam bersabda,

”وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُوْرَاء أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِيْ قَبْلَهُ”.

“Aku berharap pada Allah agar puasa di hari ‘Asyura’ (tanggal sepuluh bulan Muharram) bisa menghapuskan dosa satu tahun lalu”. HR. Muslim dan Ahmad dari Abu Qatadah.

Sedangkan yang dilarang oleh syariat di bulan ini adalah melakukan peperangan kecuali apabila umat Islam diperangi. Termasuk diharamkan pula perbuatan-perbuatan menzalimi diri sendiri. “Perbuatan maksiat di bulan ini dilipatgandakan dosanya”. Apalagi jika maksiat tersebut bernuansa syirik dan khurafat, seperti keyakinan bahwa bulan ini adalah bulan sial.

Meyakini adanya hari atau bulan sial merupakan bentuk celaan terhadap waktu yang Allah ciptakan, dan itu beresiko mencela Allah yang menciptakannya. Nabi shallallahu’alaihiwasallam bersabda,

“لاَ تَسُبُّوا الدَّهْرَ؛ فَإِنَّ اللهَ هُوَ الدَّهْرُ”.

“Janganlah kalian mencela dahr (waktu) karena Allah itu adalah dahr”. HR Muslim (XV/6 no. 5827) dari Abu Hurairah.

Maksudnya bahwa Allah adalah pencipta waktu, sebagaimana terdapat dalam riwayat lain yang menjadi penafsir hadits di atas. Dan mencela ciptaan Allah beresiko mencela Penciptanya. Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam bersabda,

“قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: يُؤْذِيْنِيْ ابْنُ آدَمَ، يَسُبُّ الدَّهْرَ، وَأَنَا الدَّهْرُ، بِيَدِيَ الْأَمْرُ أُقَلِّبُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ”.

“Allah ‘azza wa jalla berfirman, “Anak Adam telah menyakiti-Ku; ia mencela dahr (waktu), padahal Aku adalah (pencipta) dahr. Di tangan-Ku segala perkara, Aku memutar malam dan siang”. HR. Bukhari

(hal. 1034 no. 5827) dan Muslim (XV/5 no. 5824) dari Abu Hurairah.

Hari, bulan dan tahun yang Allah ciptakan semuanya baik, tidak ada yang sial atau naas. Sesungguhnya kesialan, kecelakaan adalah bagian dari takdir Allah, yang tidak diketahui hamba-Nya kecuali setelah terjadi. Allah bisa menimpakan kesialan atau kenaasan kepada siapapun, di manapun dan kapanpun, bila Allah menghendakinya. Dan hamba harus rela menerima takdir tersebut.

Perlu diketahui pula bahwa mengkambinghitamkan waktu sebagai penyebab kesialan suatu usaha, sejatinya merupakan mitos masyarakat Arab jahiliyah. Mereka sering berkumpul di berbagai kesempatan untuk berbincang-bincang tentang berbagai hal dan terkadang dalam perbincangan mereka terlontar ucapan-ucapan yang mempersalahkan waktu sebagai penyebab kesialan usaha mereka, atau manakala mereka ditimpa berbagai musibah lainnya.

Di samping itu, keyakinan adanya hari atau bulan sial merupakan bentuk thiyarah atau tasya’um (menganggap sial sesuatu) yang dilarang oleh Nabi shallallahu’alaihiwasallam, karena ia merupakan kesyirikan yang biasa dilakukan oleh kaum jahiliyah sebelum Islam. Nabi shallallahu’alaihiwasallam bersabda,

“الطِّيَرَةُ شِرْكٌ”.

“Thiyarah adalah kesyirikan” (beliau mengulanginya 3x). HR. Ahmad dan dinyatakan sahih oleh al-Hakim, Ibn Hibban dan al-Albany.

Kemudian perlu diketahui juga bahwa tidak ada larangan melakukan aktifitas yang mubah di bulan Muharram, apalagi yang bernuansa ibadah, semisal pernikahan.

2. Tinjauan Sejarah

Pada bulan ini pula –tepatnya tanggal 10– Nabi Musa ‘alaihissalam selamat dari kejaran tentara Fir’aun. Ibnu ‘Abbas mengisahkan, “Ketika Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam kembali ke Madinah, beliau mendapatkan orang-orang Yahudi berpuasa pada hari ‘Asyura’. 


Maka beliau bertanya kepada mereka, “Hari apa ini yang kalian sekarang sedang berpuasa?” Maka mereka menjawab, “Hari ini adalah hari yang agung di mana Allah ta’ala menyelamatkan Nabi Musa bersama kaumnya serta menenggelamkan Fir’aun dan kaumnya, maka Nabi Musa berpuasa pada hari itu untuk menyukurinya, kemudian kami mengikutinya”. Rasulullah pun bersabda, “Kami lebih berhak dan lebih utama terhadap Musa dari pada kalian”. Kemudian beliau berpuasa pada hari itu dan memerintahkan para sahabatnya untuk berpuasa pula”. HR. Bukhari dan Muslim.

Kisah ini menuturkan kejadian suka-cita, bukan duka cita, apalagi kisah kesialan. Jadi, menganggap bulan Muharram sebagai bulan naas tidak ada landasan sejarah yang membenarkannya. Karena pada bulan ini justru kita mendapatkan anugerah yang sangat tinggi, wajarlah jika kemudian kaum muslimin mensyukurinya dengan berpuasa tanggal 10 Muharram.

3. Tinjauan Produktifitas Amal

Secara rasional, tidak dipergunakannya sebuah hari –lebih-lebih sebulan– untuk melakukan aktivitas sebagaimana layaknya, tentu akan mengurangi produktifitas kerja atau amal. Ketika pada hari itu semestinya bisa dimanfaatkan misalnya untuk melakukan perjalanan pulang kampung, atau berangkat ke tempat kerja, pendidikan, silaturrahim atau hal-hal lain yang sangat bermanfaat, maka semuanya harus ditunda besok harinya atau harus buru-buru dilakukan sehari sebelumnya.

Masyarakat cenderung memahami naasnya suatu usaha hanya pada masalah-masalah duniawiyah. Takut kecelakaan, takut bangkrut, takut miskin dan takut mati. Ini menunjukkan bahwa orientasi kerja mereka hanya semata-mata hasil yang bagus, sementara mereka tidak siap untuk menerima kerugian, apalagi sampai pada tingkat kematian; karena mereka memang tidak cukup bekal amal untuk itu. Padahal semua manusia pasti mengalaminya. 


Dan yang jelas waktunya tidak mesti pada bulan Muharram, melainkan di semua bulan manusia bisa mendapatkan keberuntungan maupun kerugian. Tidak ada satu pun penelitian yang menghasilkan data bahwa pada bulan Muharram angka kecelakaan meningkat, ratio kematian paling tinggi, kasus perceraian paling banyak, dsb. Apakah dengan menghindari bulan ini dari melakukan aktivitas tertentu lantas dijamin bebas dari masalah? Tentu tidak jawabannya, sekali lagi semua tergantung dari usahanya dan taufiq dari Allah ta’ala, bukan waktu naas atau mujurnya.

Kita kan masyarakat Jawa?!

Manakala dipaparkan keterangan di atas, barangkali akan ada sebagian kalangan yang berdalih, “Walaupun beragama Islam, namun kita kan tinggal di tanah Jawa, jadi tidak etis jika kita tidak mengikuti atau menghormati adat istiadat masyarakat Jawa!”.

Jawabannya: Allah telah memerintahkan dalam al-Qur’an agar kita bertotalitas dalam berislam. Kata Allah,

“يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا ادْخُلُوْا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلاَ تَتَّبِعُوْا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِيْنٌ”.

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kalian ikuti langkah-langkah setan. Sungguh ia musuh yang nyata bagi kalian”. QS. Al-Baqarah: 208.

Bukanlah merupakan sikap totalitas dalam beriman, manakala seseorang shalat, puasa dan zakat dengan cara Islam, namun berkeyakinan dengan sesuatu yang tidak selaras dengan ajaran Islam.

Islam bukanlah agama yang menolak mentah-mentah setiap adat istiadat, apalagi jika budaya tersebut selaras dengan ajaran Islam. Namun Islam akan memerangi budaya manakala bertabrakan dengan ajarannya, sebagai upaya agar para pengikutnya patuh dengan setiap aturan yang digariskan oleh Allah jalla wa ‘ala.

Renungan di awal tahun

Sebagai renungan dalam momen tahun baru ini marilah kita introspeksi kembali segala apa yang telah kita lakukan pada tahun kemarin, terutama jika pada tahun lalu kita masih memiliki mitos sebagaimana di atas, maka mulai tahun ini marilah kita buang jauh-jauh itu semua sebagai bentuk komitmen untuk selalu melakukan perbaikan demi perbaikan setiap saat, terutama terhadap keimanan dan amal kita. Tahun ini harus lebih baik dari tahun kemarin. Allah ta’ala berfirman,

“يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُوْنَ”.

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman bertaqwalah kalian kepada Allah dan hendaknya setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kalian kerjakan” (QS. Al-Hasyr (59): 18). Wallahu a’lam…

@ Pesantren “Tunas Ilmu” Purbalingga

* Tulisan ini kami ringkas dari makalah di situs Musholla al-Barokah yang berjudul “Asyura dalam Perspektif Islam, Syi’ah dan Kejawen” dengan beberapa tambahan dari beberapa sumber, antara lain: makalah berjudul “Asyuro Hari Raya Anak Yatim?” yang dimuat dalam situs As-Sunnah.

Sebagaimana dalam QS. At-Taubah: 36. Lihat tafsir ayat tersebut dalam Tafsîr al-Qurthuby (X/197), Tafsîr Ibn Katsîr (IV/144-149), Jâmi’ al-Bayân karya al-Îjiy (hal. 378), Tafsîr al-Jalâlain karya as-Suyûthy dan al-Mahally (hal. 201) dan Tafsîr as-Sa’dy (hal. 296).

Tafsîr Ibn Katsîr (IV/148).

Lihat: Syarh Shahîh Muslim karya an-Nawawy (XV/5-6) dan Fath al-Bâry karya Ibn Hajar al-‘Asqalany (VIII/730-731).

Cermati: Ibid.


Penulis: Ustadz Abdullah Zaen, MA
Artikel www.tunasilmu.com, dipublish ulang oleh www.dangsstars.blogspot.com

MUHARRAM DALAM PANDANGAN ISLAM

http://dangstars.blogspot.com/2014/10/muharram-dalam-pandangan-islam.html
Benarkah Bulan Suro adalah bulan keramat?

Sebagian masyarakat masih meyakini bila bulan Muharram tiba, maka pertanda telah datang bulan yang penuh keramat. Di antara mereka sampai takut jika menikahkan putrinya pada bulan ini karena sugesti keyakinan tersebut. Perkara ini kelihatannya sepele namun kenyataannya tidak demikian, lantaran sudah masuk dalam wilayah syirik, sedangkan syirik adalah dosa yang terbesar.

MUHARRAM DALAM PANDANGAN ISLAM

1. Muharram Adalah Bulan Yang Mulia. 

Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu” (QS. At-Taubah : 36)

Imam Ath-Thabari berkata, “Bulan itu ada dua belas, 4 diantaranya merupakan bulan haram (mulia), dimana orang-orang jahiliyah dahulu mengagungkan dan memuliakannya. Mereka mengharamkan peperangan pada bulan tersebut. Sampai seandainya ada seseorang bertemu dengan orang yang membunuh ayahnya maka dia tidak akan menyerangnya. Bulan yang empat itu adalah Rajab Mudhor, dan tiga bulan berurutan, yaitu Dzulqo’dah, Dzulhijjah dan Muharram. 

Dengan ini nyatalah khabar-khabar yang disabdakan oleh Rasulullah ”. Kemudian At-Thabari meriwayatkan beberapa hadits, diantaranya hadits dari sahabat Abu Bakrah , yang diriwayatkan Imam Bukhari (no. 4662), Rasulullah bersabda, “Wahai manusia, sesungguhnya zaman itu berputar sebagaimana keadaan ketika Allah menciptakan langit dan bumi, dan sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ada dua belas bulan, diantaranya terdapat empat bulan haram, pertamanya adalah Rajab Mudhor, terletak antara Jumadal (akhir) dan Sya’ban, kemudian Dzulqo’dah, Dzulhijjah dan Muharram” (Jami’ul Bayan 10/124-125)

Qotadah berkata, “Amalan shalih pada bulan haram pahalanya sangat agung dan perbuatan dhzalim di dalamnya merupakan kedhzaliman yang besar pula dibanding pada bulan selainnya, walaupun yang namanya kedhzaliman itu kapanpun merupakan dosa yang besar” (Ma’alimut Tanzil 4/44-45)

Pada bulan Muharram ini terdapat hari yang pada hari itu terjadi peristiwa yang besar dan pertolongan yang nyata, menangnya kebenaran mengalahkan kebathilan, dimana Allah Ta’ala telah menyelamatkan Nabi Musa ‘alaihis sallam dan kaumnya serta menenggelamkan Fir’aun dan kaumnya. Hari tersebut mempunyai keutamaan yang agung dan kemuliaan yang abadi sejak dulu. Dia adalah hari kesepuluh yang dinamakan Asyura. (Durusun ‘Aamun, Abdul Malik Al-Qasim, hal.10)


Berdasarkan hadits-hadist berikut ini. “Dahulu Rasulullah memerintahkan untuk berpuasa Asyura, tatkala puasa Ramadhan diwajibkan, maka bagi siapa yang ingin berpuasa puasalah, dan siapa yang tidak ingin, tidak usah berpuasa” (HR. Bukhari no. 2001)

Tatkala Nabi hijrah ke Madinah beliau mendapati orang-orang Yahudi berpuasa pada hari itu, lalu beliau bertanya kepada mereka, “Kenapa kalian berpuasa?” Mereka menjawab, “Sesungguhnya pada hari ini Allah Ta’ala telah menyelamatkan Musa dan kaumnya dan membinasakan Fir’aun beserta kaumnya. Dan Musa berpuasa pada harinya, maka kamipun berpuasa.” Kemudian beliau berkata, “Kami lebih berhak atas Musa daripada kalian.” (HR Bukhari no. 2004, Muslim no. 1130). Maka Nabi berpuasa pada hari itu dan memerintahkan untuk melakukan puasanya.

3. Keutamaan Puasa Asyura. 

Ibnu Abbas d ditanya tentang puasa Asyura, jawabnya, “Saya tidak mengetahui bahwa Rasulullah puasa pada hari yang paling dicari keutamaannya selain hari ini (Asyura) dan bulan Ramadhan” (HR. Bukhari no. 1902, Muslim no. 1132)

Puasa Asyura menghapus dosa setahun yang lalu, berdasarkan hadits berikut, “Rasulullah ditanya tentang puasa Asyura, jawab beliau , “Puasa Asyura menghapus dosa setahun yang lalu” (HR. Muslim no. 1162, Tirmidzi no. 752)

4. Asyura Adalah Hari Ke-10. 

Dari Ibnu Abbas , tatkala Rasulullah berpuasa Asyura dan memerintahkan untuk berpuasa, para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, ini adalah hari yang diagungkan oleh Yahudi dan Nashara”, Maka beliau bersabda, “Tahun depan insya Allah kita akan berpuasa hari ke-9”. Ibnu Abbas berkata, “Tahun berikutnya belum datang Rasulullah keburu meninggal” (HR. Muslim no. 1134)

Imam Nawawi berkata, “Jumhur ulama salaf dan khalaf berpendapat bahwa hari Asyura adalah hari ke-10. Yang berpendapat demikian diantaranya adalah Sa’id bin Musayyib, Al-Hasan Al-Bashri, Malik bin Anas, Ahmad bin Hambal, Ishaq bin Rahawaih dan banyak lagi. Pendapat ini sesuai dengan (dzahir) teks hadits dan tuntutan lafadznya”. (Syarah Shahih Muslim 9/205)

Hanya saja Rasulullah berniat untuk berpuasa hari ke-9 sebagai penyelisihan terhadap ahlul kitab, setelah dikhabarkan kepada beliau bahwa hari tersebut diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nashara. Oleh karena itu Imam Nawawi berkata, “ Imam Syafi’i dan para sahabatnya, Ahmad, Ishaq dan selainnya berpendapat ; Disunnahkan untuk berpuasa hari ke-9 dan ke-10 karena Nabi berpuasa hari ke-10 serta berniat untuk puasa hari ke-9. 

Sebagian Ulama berkata, “Barangkali sebab puasa hari ke-9 bersama hari ke-10 adalah agar tidak menyerupai orang-orang Yahudi jika hanya berpuasa hari kesepuluh saja. Dan dalam hadits tersebut memang terdapat indikasi ka arah itu” (Syarah Shahih Muslim 9/205)

Selain ada yang berpendapat seperti diatas, sebagian ulama berpendapat hendaknya berpuasa satu hari sebelum dan sesudahnya berdasarkan hadits. Rasulullah bersabda, “Berpuasalah hari Asyura dan berbedalah dengan orang Yahudi, (dengan) berpuasalah 1 hari sebelumnya dan sesudahnya” (HR. Ahmad no. 2155).

Berdasarkan keterangan-keterangan di atas, sudah sepatutnya bagi seorang muslim yang baik untuk mengisi bulan Muharram ini dengan amal shalih, dan menjalankan ibadah puasa Asyura.


1. Anggapan Sial. 

Dalam pandangan masyarakat Jawa, Muharram (Suro) merupakan bulan keramat. Sehingga sebagian dari mereka tidak berani untuk menyelenggarkan suatu acara terutama hajatan dan pernikahan. Bila tidak di-indah-kan akan menimbulkan petaka dan kesengsaraan bagi mempelai berdua dalam mengarungi bahtera kehidupan. Hal ini diakui oleh seorang tokoh keraton Solo. Bahkan katanya, “Pernah ada yang menyelenggarakan pernikahan di bulan Suro (Muharram), dan ternyata tertimpa musibah!”. Maka kita lihat, bulan ini sepi dari acara pernikahan dan hajatan.

2. Nuansa Kesyirikan Yang Aneh. 

Selain itu, untuk memperoleh keselamatan, diadakan berbagai kegiatan “aneh”. Sebagian masyarakat mengadakan tirakatan pada malam 1 Suro , entah di tiap desa, atau tempat lain seperti puncak gunung, dst. Sebagiannya lagi mengadakan sadranan, berupa pembuatan nasi tumpeng yang dihiasi aneka lauk dan kembang lalu di larung (dihanyutkan) di laut selatan disertai kepala kerbau dengan keyakinan supaya sang ratu pantai selatan berkenan memberikan berkahnya dan tidak mengganggu. Peristiwa seperti ini dapat disaksikan di pesisir pantai selatan seperti Tulungagung, Cilacap dan lainnya.

Di Solo, acara kondang yang menyertai Muharram (Suro) dan sudah menjadi tradisi adalah kirab kerbau bule yang terkenal dengan nama Kyai Slamet di keraton Kasunanan Solo. Peristiwa ini sangat dinantikan oleh warga Solo dan sekitarnya, bahkan yang jauhpun rela bersusah-payah mendatanginya dengan jalan kaki, dst. Apa tujuannya ? Tiada lain, untuk ngalap berkah dari sang kerbau, supaya rejekinya lancar, dagangan laris, dan sebagainya. Naudzubillahi min dzalik. Padahal, dalam pandangan banyak orang, kerbau merupakan simbol kebodohan, sehingga muncul peribahasa Jawa untuk menggambarkannya, “bodo ela-elo koyo kebo”. Acara lainnya adalah jamasan pusaka dan kirab (diarak) keliling keraton.

Pembaca yang budiman, itulah sekelumit gambaran kepercayaan masyarakat khususnya Jawa terhadap bulan Muharram (Suro). Tahayul semacam ini, diwarisi dari zaman sebelumnya mulai animisme, dinamisme, hindu dan budha. Ketika Islam datang keyakinan-keyakinan tersebut masih kental menyertai perkembangannya. Bahkan terjadi sinkretisasi (pencampuran). Ini bisa dicermati pada sejarah kerajaan-kerajaan Islam di awal pertumbuhan dan perkembangan selanjutya, hingga dewasa ini ternyata masih menyisakan pengaruh tersebut. Lalu, apakah budaya seperti ini patut kita lestarikan ?


1. Keyakinan bahwa bulan Muharram adalah bulan sial. 

Seperti yang dianut orang Jawa sebagaimana kami paparkan di atas, dalam pembahasan ilmu agama Islam biasa disebut dengan Tathayyur ( تَطَيُّرْ ) atau Thiyarah ( طِيَرَةٌ ) yakni suatu anggapan bahwa suatu keberuntungan atau kesialan itu didasarkan pada kejadian tertentu, waktu, atau tempat tertentu.

Orang-orang jahiliyyah dahulu meyakini bahwa Tathayyur ini dapat mendatangkan manfaat atau menghilangkan mudharat. Setelah Islam datang, keyakinan ini dikategorikan kedalam perbuatan syirik yang harus dijauhi. Dan Islam datang untuk memurnikan kembali keyakinan bahwa segala sesuatu itu terjadi atas kehendak Allah Ta’ala dan membebaskan hati ini dari ketergantungan kepada selain-Nya. Allah Ta’ala berfirman, “Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (QS. Al A’raf: 131)

Maka, seseorang yang meyakini bahwa barangsiapa yang mengadakan acara pernikahan atau hajatan yang lain pada bulan Muharram itu akan ditimpa kesialan dan musibah, maka orang tersebut telah terjatuh ke dalam kesyirikan kepada Allah Ta’ala. Rasulullah mengkabarkan hal tersebut dalam sabdanya ,

الطِّـيَرَةُ شِـرْكٌ

Artinya: “Thiyarah itu adalah kesyirikan.” (HR. Ahmad dan At Tirmidzi)

Parapembaca, ketahuilah bahwa perbuatan ini digolongkan ke dalam perbuatan syirik karena beberapa hal, yaitu:

a) Seseorang yang ber-thiyarah berarti dia meninggalkan tawakkalnya kepada Allah Ta’ala. Padahal tawakkal merupakan salah satu jenis ibadah yang Allah Ta’ala perintahkan kepada hamba-Nya. Segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi, semuanya di bawah pengaturan dan kehendak-Nya. Keselamatan, kesenangan, musibah, dan bencana, semuanya datang dari Allah Ta’ala.

Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya aku bertawakkal kepada Allah Rabbku dan Rabbmu, tidak ada suatu makhluk pun melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya (menguasai sepenuhnya).” (QS. Hud: 56)

b) Seseorang yang bertathayyur berarti dia telah menggantungkan sesuatu kepada perkara yang tidak ada hakekatnya (tidak layak untuk dijadikan tempat bergantung). Ketika seseorang menggantungkan keselamatan atau kesialannya kepada bulan Muharram atau bulan-bulan yang lain, ketahuilah bahwa pada hakekatnya bulan Muharram itu tidak bisa mendatangkan manfaat atau menolak mudharat. Hanya Allah-lah satu-satunya tempat bergantung. Allah Ta’ala berfirman, “Allah adalah satu-satunya tempat bergantung.” (QS. Al Ikhlash: 2)

Orang yang ber-tathayyur tidaklah terlepas dari dua keadaan,

Pertama: meninggalkan semua perkara yang telah dia niatkan untuk dilakukan.

Kedua: melakukan apa yang dia niatkan namun di atas perasaan was-was dan khawatir.

Tidak diragukan lagi bahwa dua keadaan ini sama-sama mengurangi nilai tauhid yang ada pada dirinya.

2. Kemudian, keyakinan yang terkait dengan Kerbau Kiai Slamet, Jamasan, pusaka-pusaka tertentu dan sebaginya, ini merupakan keyakinan yang dapat mengeluarkan pelakunya dari agama Islam. Hal ini karena pelaku ngalap berkah yang seperti itu, mempunyai keyakinan bahwa ada dzat lain yang mampu mendatangkan keselamatan/berkah serta menolak bahaya selain Allah Ta’ala. Dalam Al-Qur’an Allah Ta’ala menerangkan, “Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka:”Siapakah yang menciptakan langit dan bumi”, niscaya mereka menjawab: “Allah”.Katakanlah:”Maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudharatan kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmat-Nya. Katakanlah: “Cukuplah Allah bagiku”. Kepada-Nyalah bertawakkal orang-orang yang berserah diri’.’ (QS. Az-Zumar: 38)

Pembaca, ibadah apa pun bentuknya adalah haram diperuntukkan kepada selain Allah Ta’ala. Dan tawakkal, istighatsah (minta keselamatan), isti’anah (minta pertolongan), takut dan mengharap adalah ibadah, dan yang lain sebagainya dari macam-macam ibadah semuanya hanya untuk Allah Ta’ala. Inilah prinsip tauhid, yaitu memurnikan ibadah hanya kepada Allah Ta’ala semata, yang menjadi landasan paling mendasar di dalam Islam. Barangsiapa yang melanggarnya maka ia jatuh ke dalam kesyirikan. Kecil atau besar-nya kesyirikan tersebut tergantung jenis pelanggarannya.

Dan sudah merupakan prinsip agama ini bahwa Allah Ta’ala adalah satu-satunya Dzat yang berhak di-ibadahi. Setiap peribadahan kepada selain Allah Ta’ala adalah ibadah yang batil dan pelakunya terancam kekal di neraka jahannam apabila tidak bertaubat dari perbuatannya. Allah Ta’ala berfirman,

ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ هُوَ الْبَاطِلُ وَأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ

“(Kuasa Allah) yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Rabb) yang Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain Allah, itulah yang batil, dan sesungguhnya Allah, Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha Besar”. (QS. Al Hajj: 62)

Barangsiapa yang menyelewengkan ibadah tersebut untuk selain Allah, maka ia adalah musyrik dan kafir. Firman Allah Ta’ala, “Dan barangsiapa menyembah sesembahan yang lain di samping (menyembah) Allah, padahal tidak ada satu dalilpun baginya tentang itu, maka benar-benar balasannya ada pada Tuhannya. Sungguh tiada beruntung orang-orang kafir itu.” (QS. Al-Mu’minun: 117).

Dan Allah Ta’ala menjelaskan bahwa pelaku kesyirikan kekal di neraka jahannam pada ayat-Nya,“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun”. (QS. Al Maidah: 72)

Maka, apakah patut kita samakan kekuasaan Allah Ta’ala Yang Maha Esa dengan makhluk yang lemah? Apalagi dengan hewan, keris, akik, dan batu, yang merupakan benda mati?

Kesimpulannya, bahwa bulan Muharram atau dikenal dengan Suro merupakan bulan yang mulia. Maka tidak sepantasnya apabila kaum muslimin mempunyai anggapan miring terhadapnya, dengan menjadikan sebagai bulan keramat. Sehingga menyeret mereka jatuh ke lembah kesyirikan, dengan melakukan acara-acara yang merupakan cerminan dari keyakinan mereka yang keliru. Akibatnya dosa yang disandang semakin banyak karena dilakukan pada bulan yang mulia.


MUHARRAM DALAM PANDANGAN ISLAM
Sumber: Buletin Istiqomah